Isu pembangunan berkelanjutan pada aspek ekonomi di Indonesia dalam kegiatan perekonomian yang difokuskan pada kesejahteraan bersama sedang hangat. Untuk itu, memperkuat kemampuan industri pada produk lokal, sektor hulu, dan menengah melalui peningkatan kapasitas dan percepatan adopsi teknologi menjadi penting. Ini berkaitan dengan pemanfaatan pengaruh global serta adanya revolusi industri 4.0 yang terjadi. Berangkat dari isu tersebut, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY) kembali menggelar International Conference of Sustainable Innovation (ICoSI) pada Rabu (20/07) hingga Kamis (21/07) dengan mengangkat tema besar Optimizing Global Benefit for Future Wellbeing. Agenda konferensi berskala internasional ini rutin dilaksanakan setiap tahunnya dan tahun ini menjadi tahun keenamnya.
Berbeda dengan tahun sebelumnya, ICoSI pada tahun ini menghadirkan 13 konferensi dari berbagai rumpun keilmuan antara lain ilmu kesehatan dan keperawatan (International Conference of Medical and Health Sciences (ICMHS), International Conference on Nursing (ICONURS), International Conference on Pharmaceutical Updates (ICPU), Dental Research Exhibition and Meeting (DREAM)), pertanian dan teknik (International Conference on Agribusiness and Rural Development (ICONARD), International Conference on Sustainable Agriculture (ICOSA), International Conference on Infromation Technologi Advanced Mechanical and Electrical Engineering (ICITAMEE), International Symposium on Civil, Environmental, and Infrastructure Engineering (ISCEIE)), ilmu sosial, hukum dan bahasa (International Symposium on Social, Humanities, Education, and Religious Studies (ISSHERS), International Conference on Arabic Education (ICALLED), Asian Conference on Comparative Law (ASIAN-COL)), serta ilmu ekonomi (International Conference on Accounting and Finance (ICAF), International Conference on Management Sciences (ICOMS)).
Rektor UMY, Prof. Dr. Ir. Gunawan Budiyanto, MP., IPM, saat membuka secara resmi ICoSI 2022 dalam seremonial pembukaannya pada Rabu (20/07) menjelaskan bahwa agenda konferensi ini merupakan agenda tarikan akademis. “Tantangan kesejahteraan masa depan hanya dapat teratasi jika dilakukan bersama-sama. Para peneliti dari bidang sosial maupun eksakta harus dapat bekerja sama. Dalam ICoSI keenam ini terdapat beragam bidang keilmuan yang mencakup hampir semua aspek kehidupan, ICoSI 2022 menekankan pada kebersamaan,” terangnya.
Sementara itu, Ketua Pelaksana ICoSI 2022, dalam sambutannya menerangkan tingginya antusias peserta ICoSI 2022 yang dapat dilihat dari jumlah peserta yang mencapai 1.106 peserta dari berbagai kalangan dan negara. Tidak hanya Indonesia, peserta ICoSI juga berasal dari 29 negara dari 5 benua seperti Australia, France, Hongkong, India, Iran, Iraq, Japan, Jordan, Kazakhstan, Malaysia, the Netherland, Pakistan, Peru, Poland, Russia, Singapore, Spain, Sweden, Taiwan, Thailand, the Philipines, Turkey, United Arab Emirates, United States of America, United Kingdom, Ukraine, Uzbekistan, Vietnam, and South Africa. ICoSI juga menggandeng kerjasama beberapa universitas untuk menjadi partner ICoSI ke 6 tahun 2022. Diantaranya Istanbul Medeniyet University, International Islamic University Malaysia, Khon Kaen University, dan Adam Mickiewicz University Polland. “Teknologi berkembang dengan pesat. Dan melalui konferensi sejenis ini, apalagi dengan tema yang diangkat oleh ICoSI, harapannya kita sebagai dosen, peneliti, pelajar, dan praktisi yang mengikuti konferensi ini dapat berkontribusi pada masa depan dan pada kehidupan manusia,” ungkapnya.
Dalam kesempatan yang sama, Prof. Ir. Teuku Faishal Fathani, Ph.D., IPU., ASEAN Eng., Pelaksana Tugas Direktur Riset, Teknologi dan Pengabdian kepada Masyarakat Kementerian Pendidikan Kebudayaan Riset dan Teknologi Republik Indonesia, turut hadir sebagai pembicara utama. Dalam pemaparannya tentang transformasi instansi pendidikan tinggi dalam pemeliharaan sumber daya manusia yang kreatif dan kompetitif untuk inovasi berkelanjutan, Teuku menjelaskan bahwa pada tahun 2022 posisi Indonesia masih berjuang sebagai negara ekonomi dengan pendapatan upper middle, yang mana Indonesia memiliki visi untuk menjadi negara dengan pendapatan tinggi pada tahun 2045 mendatang. “Untuk itu kita perlu mengimprove banyak hal, inovasi, bisnis, dan juga riset. Dalam hal ini kita memiliki empat pilar transformasi diantaranya adalah lolos dari jebakan ekonomi berpenghasilan menengah dengan melakukan berbagai inovasi ekonomi, memperbaiki indeks daya saing dengan meningkatkan inovasi, memenuhi ekspektasi masyarakat dengan menghadirkan agen perkembangkan ekonomi, serta memperbaiki daya saing universitas dengan meningkatkan publikasi internasional. Pada akhirnya, kita juga harus melakukan perbaikan daya saing dan kesejahteraan masyarakat” jelasnya. Lebih lanjut, Teuku menambahkan bahwa melalui konferensi internasional seperti ICoSI, dengan adanya diskusi intens dengan para pemangku kepentingan, dapat menjadi salah satu cara untuk memperbaiki daya saing universitas. (ays)