Riset dan pengabdian merupakan dua hal penting yang perlu menjadi komitmen pada perguruan tinggi. Peran perguruan tinggi dalam penguatan riset menjadi sangat penting untuk memunculkan inovasi-inovasi di tengah peradaban revolusi industri 4.0. Selain itu peran perguruan tinggi sangat penting dalam hal riset untuk dapat memecahkan permasalahan di masyarakat melalui kerjasama dengan berbagai pihak. Akan tetapi yang disayangkan perguruan tinggi di Indonesia belum optimal dalam melakukan riset.
Hal tersebut sebagaimana disampaikan Prof. Bambang Permadi Soemantri Brodjonegoro,S.E.,M.U.P.,Ph.D., Menteri Riset, Teknologi dan Kepala Badan Riset Inovasi Nasional Republik Indonesia dalam sambutannya pada acara Konsorsium Nasional Lembaga Penelitian, Publikasi dan Pengabdian Masyarakat Perguruan Tinggi Muhammadiyah (LPPM PTMA), Selasa (7/1) di Hotel Harpe, Mangkubumi, Yogakarta. ”Pada umumnya, di dalam perguran tinggi memiliki tri dharma perguruan tinggi yang meliputi pendidikan, penelitian dan pengabdian. Perguruan tinggi di Indonesia masih belum optimal dalam melakukan kegiatan penelitian, hanya pada dharma pendidikan yang lebih optimal. Oleh karena itu, kami sangat mengapresiasi adanya kegiatan konsorsium ini yang menguatkan pada dharma penelitian dan pengabdian masyarakat,” sambutnya.
Selanjutnya, Bambang juga menyampaikan ada beberapa faktor yang mempengaruhi permasalahan penguatan dan pengembangan riset di Indonesia. Diantaranya adalah kelembagaan akreditasi Lemlit, anggaran riset, relevansi dan produktivitas, manajemen riset, dan sumberdaya manusia. ”Menghadapi permasalahan riset di Indonesia ini, maka perlu partisipasi dari pihak swasta untuk mengikuti riset, seperti BUMN atau perusahaan. Sehingga muncul Research and Development (R&D) yang akan menjadi kebutuhan untuk bersaing dalam memunculkan sebuah inovasi. Berawal dari memikirkan kegiatan penelitian, ketika memiliki topik penelitian sudah harus memikirkan apa manfaat yang dapat diberikan pada masyarakat dari penelitian tersebut. Karena masyarakat menantikan hasil riset yang dilakukan oleh perguruan tinggi dan hasil riset tersebut menjadi hal yang berguna bagi mereka,” paparnya.
Bambang juga menjelaskan pentingnya relevansi perguruan tinggi dengan perusahaan dalam melakukan riset yang nantinya memunculkan inovasi sesuai dengan kebutuhan masyarakat dan pasar. “Riset perguruan tinggi harusnya selaras dengan kebutuhan pasar oleh karena itu penting dilakukan kerjasama riset dengan pengusaha atau perusahaan agar hasil riset nantinya memunculkan hasil riset yang dapat dinikmati oleh masyarakat. Oleh karena itu, diharapkan perguruan tinggi aktif dan fokus pada R&D. Peran perguruan tinggi berkaitan dengan fungsi dosen untuk mengubah paradigma riset menjadi kebutuhan perusahaan atau sektor swasta dan menjadi kebutuhan masyarakat,” jelasnya.
“Inovasi yang didasarkan riset menciptakan hasil berupa produk daya saing, dan untuk mendapatkan hasil atau produk dengan daya saing yang sangat tinggi perlu riset yang kuat untuk memunculkan sebuah inovasi. Perlu diketahui bahwa peran inovasi adalah untuk mensejahterakan masyarakat, memberikan nilai tambah, serta substitusi produk impor. Inilah yang menjadikan tantangan riset menjadi luar biasa,” imbuhnya lagi.
Konsorsium nasional yang digelar hingga Rabu (8/1) ini bertemakan “Membangun peradaban berkemajuan melalui ukhuwah maju bersama dan mencerahkan bangsa” dan dihadiri 90 perwakilan LPPM PTMA se-Indonesia, dengan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta sebagai tuan rumah silaturahmi nasional konsorsium LPPM PTMA. Acara ini merupakan forum silaturahmi untuk membahas rencana kegiatan baik di tingkat nasional maupun wilayah dalam kegiatan riset, publikasi, dan pengabdian masyarakat. (Sofia)