Igsa Agista Wibi Rachmadanty sejak duduk di Sekolah Menengah Pertama (SMP), tepatnya umur 12 tahun sudah gemar dengan seni bela diri. Mahasiswi Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan (FKIK) Program Studi (Prodi) Keperawatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY) ini mencintai seni bela diri asal Jepang yakni Jujitsu.
Walaupun sempat vakum dari dunia bela diri pada saat Covid-19 menyerang, dara kelahiran Wonogiri Jawa Tengah ini sudah tujuh tahun menekuni seni bela diri Jujitsu. Dengan berbagai perjuangan, jerih payah dan semangat yang ia keluarkan.
Semenjak menjadi mahasiswa baru (maba) di Prodi Keperawatan UMY ia kembali menggeluti seni bela diri Jujitsunya di tahun 2022. Igsa pun tergabung dalam kontingen Jujitsu Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), Pengurus Besar Jujitsu Indonesia (PBJI). Dari situlah Igsa berhasil meraih prestasi pada ajang bergengsi Tingkat Nasional yaitu Pekan Olahraga Nasional (PON) Aceh-Sumatera Utara 2024 dengan perolehan Medali Perunggu pada Cabang Olahraga Jujitsu Kategori Newaza Under 62kg.
Gadis belia calon perawat muda ini mengaku bahwa untuk mengikuti PON ini bukan tanpa hambatan. Ia harus melewati beberapa tahapan dan proses yang panjang hingga satu tahun lamanya.
“Ikut PON itu tidak serta merta dari latihan langsung masuk PON. Ada beberapa try out juga yang harus kami lakukan. Jadi sebelum ikut PON tahapannya ada Babak Kualifikasi (BK) PON dulu, dari BK PON ke PON jaraknya satu tahun dengan proses latihan,” ungkap Igsa dengan serius saat ditemui Tim Humas UMY, Rabu (25/9) di Gedung AR Fakhruddin A Lantai Dasar Kampus Terpadu UMY.
Untuk sampai di titik ini, Igsa bahkan sudah sempat mengikuti beberapa kejuaraan yang mengantarkan dirinya dalam meraih prestasi dan medali pada setiap kejuaraan. Sebelum PON ini, Igsa juga meraih Medali Perunggu pada Asian Regional Championship di Bali 2024. Meraih Medali Emas pada Kejuaraan Spring Roll Open Tournament Jakarta 2024. Ini merupakan bagian dari proses Igsa untuk menuju PON tahun ini.
Meskipun Igsa juga merasa kesulitan dalam membagi waktu kuliah dan latihan, namun dapat ia atasi berkat manajemen waktu yang baik.
“Pembagian waktu kuliah dan latihan cukup efisien. Biasanya pagi sampai sore itu kuliah, lalu malamnya latihan dari jam 7 sampai 10 malam. Hal itu saya lakukan berulang setiap Senin sampai Jum’at. Walaupun kendalanya besok pas kuliah rasanya capek dan ngantuk, tapi itu konsekuensi yang harus saya hadapi,” ujarnya dengan semangat.
Sebenarnya Igsa cukup menyayangkan masa-masa kuliahnya, seharusnya ia bisa seperti teman-temannya dalam mengikuti organisasi dan kepanitiaan. Namun dengan menekuni bela diri Jujitsu dirinya merasa aktivitas seputar kampus sudah tergantikan dan terisi kesibukannya dengan Jujitsu.
Bahkan ia mengatakan motivasi mengikuti Jujitsu merupakan bagian dari dirinya dan ia juga belum tentu tahu kegiatan apa yang harus dilakukan selain Jujitsu.
“Sebagian dari diri saya sudah seperti Jujitsu itu tidak bisa diungkapkan dengan kata-kata. Soalnya kalau saya tidak Jujitsu ngapain selain kuliah. Setengah perjalanan saya juga sudah masuk ke Jujitsu,” tutur Igsa.
Bukan tanpa perjuangan bagi Igsa sampai harus memindahkan kependudukan Kartu Keluarga (KK) nya dari Jawa Tengah ke DIY demi mengikuti PON 2024. Selain itu, Igsa mengatakan dalam perjuangannya meraih medali pada PON 2024 juga tidak terlepas dari semua dukungan keluarga, teman bahkan pengurus serta pelatih.
“Awalnya ada sedikit kendala, tapi setelah saya jelaskan tentang PON ke orang tua, dukungan mereka benar-benar full. Segala keputusan saya didukung untuk PON ini. Teman-teman banyak yang support, kalau saya lagi berangkat lomba mereka bisa handle dan tahu pembagian tugasnya untuk saya. Kalau PBJI DIY mendukung semua atlet untuk maju ke PON, Kejurnas, BK PON baru PON,” jelas Igsa.
Igsa sangat bersyukur dengan pencapaiannya sampai titik ini karena menurutnya tidak semua orang memiliki kesempatan yang sama. Bahkan Igsa mengungkapkan menang menurut dirinya bukan mendapatkan medali emas.
“Pencapaian terbesar saya adalah di PON ini. Saya sangat bersyukur karena tidak semua orang bisa maju ke PON. Menang dan dapat medali itu poin plus saja. Menang bagi diri saya sendiri adalah sampai di detik ini dalam mempertanggung jawabkan segala program latihan dari awal sampai akhir, itu sudah menang bagi saya dan bersyukur,” ujar Igsa dengan kelapangan hatinya.
Ke depannya Igsa juga berencana akan mempersiapkan untuk kembali terjun dalam kejuaraan Jujitsu di Yogyakarta dan mendapatkan hasil yang terbaik.
“Setelah PON ini istirahat dulu dan mungkin untuk tahun depan bakal ikut Kejuaraan Daerah DIY, pastinya dengan harapan mendapat hasil yang maksimal,” kata Igsa. (Ndrex)