Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Mckinsey Global Institute MGI, pada 2030 kekuatan sebuah negara dapat diprediksi dari tiga sektor; ekonomi konsumtif; pertanian dan perikanan; serta energi. Indonesia sebagai sebuah negara dengan keragaman hayati yang sangat banyak dan potensi sumber energi yang besar merupakan salah satu negara yang diprediksi masuk dalam kategori MGI untuk negara berkekuatan besar. Namun untuk mencapai posisi tersebut harus ada kerja sama dari seluruh pihak yang ada di dalam negara. Hal tersebut disampaikan oleh Drs. Muhammad Afnan Hadikusumo, Ketua Panitia Perancang Undang-Undang Republik Indonesia, selaku narasumber dalam Kuliah Penutup Penguatan Pancasila dan Kewarganegaraan prodi Agroteknologi Universitas Muhammadiyah Yogyakarta pada hari Sabtu (29/12) di kampus terpadu UMY.
Afnan menyebutkan bahwa dalam mewujudkan prediksi tersebut, bela negara merupakan langkah utama yang harus dilakukan. “Saat ini imperialisme tidak lagi dilaksanakan dengan cara militer yang keras, namun sudah secara halus tanpa meninggalkan tujuannya untuk menguasai pihak lain, yaitu menggunakan proxy war. Contohnya adalah dengan merusak ketahanan pangan atau energi suatu negara untuk menciptakan sebuah ketergantungan negara target terhadap pelaku imperialisme. Di sini kemudian bela negara menjadi sebuah kepentingan bagi seluruh pihak di Indonesia, termasuk oleh warga karena bela negara merupakan sebuah sikap untuk mempertahankan NKRI dengan meningkatkan kesadaran berbangsa dan bernegara,” ujarnya.
Afnan menjelaskan bela negara dapat dilakukan secara aktif oleh setiap warga negara sesuai dengan profesi dan kemampuannya. “Termasuk oleh anda yang saat ini menjalani studi dalam bidang Agroteknologi, karena bidang pertanian merupakan salah satu aspek strategis bagi negara. Bela negara yang anda lakukan akan sangat berpengaruh terhadap ketahanan pangan nasional dan juga stabilitas kemandirian Indonesia. Jangan sampai kita mengalami kelangkaan pangan dan harus bergantung pada sumber asing. Karena ketahanan yang menghasilkan kecukupan pangan bagi seluruh rakyat akan berpengaruh langsung pada kesejahteraan mereka. Sumbangsih anda sebagai calon ahli pertanian yang piawai dalam mengolah sumber pangan hingga panen adalah dedikasi nyata anda dalam membela negara,” paparnya.
Ir. Gatot Supangkat, M.P. selaku pengampu mata kuliah tersebut menyampaikan bahwa kajian kebangsaan tersebut sebagai upaya untuk memperkuat nasionalisme para mahasiswa. “Kuliah tersebut akan menjadi agenda tahunan yang akan kita tujukan untuk setiap mahasiswa baru dalam memperkuat patriotismenya. Ini agar mereka dapat memahami bahwa wawasan kenegaraan tersebut tidak hanya dalam tataran pengetahuan belaka, tapi juga sebuah praktik keseharian yang dapat mereka laksanakan melalui berbagai profesi yang nanti mereka tempuh,” ungkapnya.
Gatot juga menyampaikan bahwa dengan mata kuliah tersebut, harapannya mahasiswa dapat meningkatkan rasa kepemilikan mereka akan Indonesia. “Sehingga mereka memiliki pola pikir yang dapat diwujudkan menjadi aksi nyata mengenai bagaimana mengutamakan kesejahteraan negara melalui aspek pertanian,” jelasnya. (raditia)