Tingginya angka kematian yang disebabkan oleh kecelakaan di Korea Selatan membuat Emergency Medical Service (EMS) memiliki peran krusial untuk menyelamatkan para korban. Dalam sistem EMS di Korea tidak dapat dilepaskan dari berbagai sumber daya yang mendukung pelaksanaan pelayanan darurat tersebut.
Demikian disampaikan Kang Hyun Lee, M.D., Ph.D selaku Professor and Chairman Departments of Emergency Medicine, Wonju College of Medicine, Universitas Yonsei, Korea Selatan, dalam acara Seminar Nasional “Emergency Medical Service System” yang diadakan oleh Continuing Medical Education (CME) Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (26/6) di Convention Hall Asri Medical Center, Wirobrajan.
Dalam materinya yang bejudul Emergency Medical Service in Korea, Kang Hyun Lee menjelaskan EMS merupakan solusi terbaik untuk menghindari tingginya angka kematian yang disebabkan oleh kecelakaan, dengan memberikan pertolongan darurat kepada korban. Berkaca pada Indonesia, Lee menjelaskan, penyebab kematian tertinggi di Indonesia disebabkan oleh penyakit jantung sehingga perawatan pra rumah sakit pada lokasi dalam EMS dapat menjadi solusi untuk menyelamakan pasien. “EMS adalah solusi terbaik untuk mencegahnya,” jelasnya.
Lebih lanjut ia menyampaikan ada lima belas komponen dsar dalam EMS, namun menurut Lee, hal yang paling penting dalam sistem EMS di Korea adalah manpower atau tenaga kerja dan transportasi. Masyarakat Korea, jelas Lee, dapat menelpon nomor darurat 119 kemudian petugas EMS akan datang melakukan pertolongan dengan memberikan perawatan pra rumah sakit, kemudian pasien akan dibawa ke rumah sakit. Hal itu membuat peran transportasi menjadi sangat penting. “Transportasi EMS di Korea ada ambulance dan helikopter. Hlikopter menjadi sistem transportasi yang penting. Sampai 2012 di Korea telah dibangun empat titik lokasi helikopter EMS” lanjutnya.
Menutup paparannya Lee menjelaskan dari waktu ke waktu kebutuhan akan EMS di Korea terus meningkat sehingga pihaknya harus bersiap menghadapinya. “Pasien yang datang ke UGD meningkat terus sejak tahun 2003 dengan penuaan masyarakat dan bekerja 40 jam per minggu, dari jumlah 6 juta 400 ribu di tahun 2003 menjadi 10 juta pasien pada tahun 2012. Kita melihat ke depan bahwa hal itu akan terus meningkat jumlahnya. Oleh karena itu kita harus mempersiapkan EMS untuk situasi ini.” Pungkasnya.
Sementara itu dr. Tri Yunanto, Sp. EM dokter spesialis emergency Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Yogyakarta menganggap Indonesia, khusunya Yogyakarta telah menjalankan 15 komponen EMS seperti yang dijelaskan Lee. Namun menurutnya, EMS di Indonesia belum dikelola dengan baik dan Indonesia masih belum memiliki standar triase yang baik. “Selama ini kita hanya memikirkan penanganan di rumah sakit dan hanya sekedar mengangkut pasien. Ambulance bukan hanya mobil atasnya dipasangkan sirine, hal itu tidak bisa terus kita pertahankan seiring dengan kebutuhan masyarakat atas pelayanan medis darurat” katanya.
Dalam acara tersebut hadir pula Mr. Lee, Wook Jae selaku director general Global Business Bureau, Gangwon Province, South Korea dan beberapa pakar kesehatan Korea yang turut menyampaikan materi dalam seminar itu.