Berita

BEM FP UMY Selenggarakan Lomba Debat Kawasan Tanpa Rokok

SAM_3858Guna mengajak seluruh mahasiswa Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY) untuk turut berpartisipasi dan membangun kembali kawasan tanpa asap rokok di kawasan kampus, Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Pertanian (BEM FP) UMY menyelenggarakan lomba debat antar mahasiswa UMY terkait rokok di Indonesia.  “Alasan mengadakan debat terkait rokok ini supaya para mahasiswa mengetahui bagaimana dampaknya, apakah rokok itu sendiri memiliki dampak positif ataukah negatif,” ungkap Najib Ikhsan selaku ketua panitia lomba debat saat ditemui di sela-sela acara debat rokok di gedung F5.001 pada Sabtu (19/12). Lomba debat ini juga diselenggarakan atas kerjasama BEM FP UMY dengan Himasepta UMY, Himagro, dan Muhammadiyah Tobacco Control Center (MTCC) UMY.

Dalam perlombaan tersebut, Najib menambahkan ada 13 grup yang masing-masing grup terdiri dari tiga peserta yang berlangsung di dua tempat yang berbeda, yaitu di gedung F5.001 dan F5.104. Selain itu, peserta yang disyaratkan adalah mahasiswa aktif UMY dan dituntut untuk mampu menentukan pendirian atas mosi tertentu. “Dalam perlombaan ini setiap peserta diharuskan untuk teguh dengan mosi yang didapatkan, dan tentunya memiliki fundamen argumen yang mendukung pendiriannya, menyajikan data, dan fakta yang valid untuk disampaikan kepada juri dan audience,” papar Najib.

Tema besar yang diangkat dalam perdebatan tersebut mengusung tema Rokok di Indonesia dengan sembilan mosi yang telah disediakan. Salah satu mosi yang disebutkan pada perdebatan tahapan pertama yaitu mengenai tradisi merokok tradisi perekat persaudaraan masyarakat. Dalam penjelasan mosi tersebut, tim yang setuju (pro) yang pesertanya meliputi Muhammad Dito, Faisal Bahrun, dan Muhammad Ammar, mengatakan bahwa yang dimaksud dari tradisi merokok yaitu sebuah kebiasaan yang telah diwariskan secara turun temurun. “Perokok menyadari akan tradisi yang kurang baik. Namun yang dibahas disini adalah bagaimana sebuah tradisi turun temurun tersebut dapat merekatkan rasa persaudaraan antar perokok dan non perokok. Begitu juga interaksi antar penjual dan perokok yang tentunya memunculkan rasa persaudaraan yang berawal dari interaksi tersebut,” ungkap Dito selaku pembicara pertama.

Argumen yang dipaparkan oleh tim pro tersebut dibantah oleh tim kontra yang mana anggota dari tim tersebut terdiri dari Adinda A.Rasyadha, Adra Sari, serta Rizaldy Nusantara dengan tegas tidak setuju dengan pernyataan lawannya tersebut. Dalam pemaparan tim kontra, rokok adalah gulungan tembakau yang mengandung zat berbahaya, karena dengan merokok tentu masyarakat akan menjauhkan satu sama lain, bukan sebagai perekat sesama masyarakat. “Masyarakat tentu memiliki ketakutan terkait asap rokok, sehingga masyarakat pasti menghindari dan menjauhi karena dampak dari asap rokok itu sendiri. Selain itu, merokok juga berdampak kematian yang bisa dipastikan akan memicu perselisihan antar perokok pasif dan aktif,” jelas Adra.

Dengan diselenggarakan acara ini, Najib mengharapkan agar para mahasiswa turut berpartisipasi menyuarakan bahwa Kampus UMY adalah kawasan kampus tanpa asap rokok. Selain itu yang terpenting adalah supaya mahasiswa tidak melupakan surat keputusan (SK) dari rektor tahun 2011 terkait pelarangan merokok di kawasan kampus UMY. “ Sangat diharapkan dengan terlaksananya debat ini para mahasiswa ikut berpartisipasi dan membangun kembali UMY tanpa asap rokok, karena banyak dampak negatif ketimbang manfaatnya,” imbuh Najib. (hevi)