Banyak orang yang enggan untuk berbisnis lantaran tidak mempunyai uang sebagai modal awal membuka sebuah usaha. Namun, ada banyak cara yang bisa dilakukan untuk mulai membuka usaha walaupun kita tidak mempunyai modal awal.
Demikian disampaikan oleh Prof. Dr. M. Suyanto, MM yang merupakan Direktur AMIKOM Yogyakarta ketika menjadi pembicara dalam Seminar Entrepreneurship dengan tema “Menuju Sukses Leadership dan Entrepreneurship” yang diselenggarakan oleh Koperasi Mahasiswa (Kopma) Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY) pada Sabtu (23/02) di Kampus Terpadu UMY. Turut hadir sebagai pembicara dalam seminar kali ini ialah Drs. H. A. Hafidh Asrom, MM yang merupakam pengusaha mebel sekaligus Anggota DPD RI wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY).
Suyanto menjelaskan bahwa ada beberapa cara untuk bisa memulai bisnis tanpa modal. Pertama, dengan pembayaran di muka dan yang kedua pembayaran di belakang. “ Misalnya kita ingin memulai usaha dengan menyewa tempat usaha kita, kita bisa menyewanya dengan perjanjian uang sewa di bayar dibelakang atau dengan sistem uang dari pelanggan dulu baru kemudian kita kelola untuk usaha kita,” jelasnya.
Selain itu, Direktur AMIKOM Yogyakarta memaparkan bahwa sebagai pengusaha kita harus berani untuk mengambil segala resiko yang ada. Namun tidak hanya itu, kita juga harus SMART. “SMART merupakan singkatani dari Sikap mental positif, Menciptakan mimpi dan berusaha mengejarnya, Ambil langkah memulai usaha tanpa uang tunai, Rahasia melambungkan usaha, dan yang terakhir Terima kegagalan sebagai pembelajaran,” paparnya.
Senada dengan hal tersebut, Hafidh menuturkan bahwa kita harus berani menjadi seorang pengusaha bukan hanya menjadi seorang pegawai saja. “Suatu Negara dikatakan ideal jika lebih dari 4% penduduknya memiliki jiwa entrepreneur dan Indonesia baru mencapai angka 1% saja,” tuturnya.
Kita semua bisa memulai bisnis, lanjut salah satu Anggota DPD RI Wilayah Yogyakarta dari hal-hal kecil disekitar kita. “Usaha itu dimulai dari apa yang bisa kita lakukan dengan kemampuan kita dan dilingkungan kita sendiri, Modal bukanlah masalah utama dari seorang pengusaha. Hal terpenting adalah kita berani dan mau untuk memulainya,” lanjutnya.
Hafidh berharap dengan banyaknya jiwa entrepreneur di semua kalangan, baik mahasiswa maupun para pemimpin Indonesia akan membuat Indonesia mampu bersaing dengan pengusaha di dunia. “ Persaingan pada tahun 2015 akan semakin ketat, jika jiwa entrepreneur tidak ada di Indonesia nantinya perusahaan –perusahaan di Indonesia akan dikuasai para pengusaha diluar Indonesia,” imbuhnya.Banyak orang yang enggan untuk berbisnis lantaran tidak mempunyai uang sebagai modal awal membuka sebuah usaha. Namun, ada banyak cara yang bisa dilakukan untuk mulai membuka usaha walaupun kita tidak mempunyai modal awal.
Demikian disampaikan oleh Prof. Dr. M. Suyanto, MM yang merupakan Direktur AMIKOM Yogyakarta ketika menjadi pembicara dalam Seminar Entrepreneurship dengan tema “Menuju Sukses Leadership dan Entrepreneurship” yang diselenggarakan oleh Koperasi Mahasiswa (Kopma) Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY) pada Sabtu (23/02) di Kampus Terpadu UMY. Turut hadir sebagai pembicara dalam seminar kali ini ialah Drs. H. A. Hafidh Asrom, MM yang merupakam pengusaha mebel sekaligus Anggota DPD RI wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY).
Suyanto menjelaskan bahwa ada beberapa cara untuk bisa memulai bisnis tanpa modal. Pertama, dengan pembayaran di muka dan yang kedua pembayaran di belakang. “ Misalnya kita ingin memulai usaha dengan menyewa tempat usaha kita, kita bisa menyewanya dengan perjanjian uang sewa di bayar dibelakang atau dengan sistem uang dari pelanggan dulu baru kemudian kita kelola untuk usaha kita,” jelasnya.
Selain itu, Direktur AMIKOM Yogyakarta memaparkan bahwa sebagai pengusaha kita harus berani untuk mengambil segala resiko yang ada. Namun tidak hanya itu, kita juga harus SMART. “SMART merupakan singkatani dari Sikap mental positif, Menciptakan mimpi dan berusaha mengejarnya, Ambil langkah memulai usaha tanpa uang tunai, Rahasia melambungkan usaha, dan yang terakhir Terima kegagalan sebagai pembelajaran,” paparnya.
Senada dengan hal tersebut, Hafidh menuturkan bahwa kita harus berani menjadi seorang pengusaha bukan hanya menjadi seorang pegawai saja. “Suatu Negara dikatakan ideal jika lebih dari 4% penduduknya memiliki jiwa entrepreneur dan Indonesia baru mencapai angka 1% saja,” tuturnya.
Kita semua bisa memulai bisnis, lanjut salah satu Anggota DPD RI Wilayah Yogyakarta dari hal-hal kecil disekitar kita. “Usaha itu dimulai dari apa yang bisa kita lakukan dengan kemampuan kita dan dilingkungan kita sendiri, Modal bukanlah masalah utama dari seorang pengusaha. Hal terpenting adalah kita berani dan mau untuk memulainya,” lanjutnya.
Hafidh berharap dengan banyaknya jiwa entrepreneur di semua kalangan, baik mahasiswa maupun para pemimpin Indonesia akan membuat Indonesia mampu bersaing dengan pengusaha di dunia. “ Persaingan pada tahun 2015 akan semakin ketat, jika jiwa entrepreneur tidak ada di Indonesia nantinya perusahaan –perusahaan di Indonesia akan dikuasai para pengusaha diluar Indonesia,” imbuhnya.