Kondisi Bumi yang kita tinggali saat ini semakin lama berada pada level memprihatinkan. Tak lain adanya kondisi itu karena ulah tangan manusia sendiri, yang terkadang lupa menjaga kesehatan lingkungan dan tidak menyadari dampak besar di balik perilaku buruk terhadap bumi seperti pencemaran lingkungan dan sampah plastik yang terus menerus menumpuk. Dalam workshop Temu Alumni Prodi Agroteknologi Universitas Muhammadiyah Yogyakarta yang diselenggarakan oleh Himpunan Mahasiswa Agroteknologi pada Sabtu (27/4) di Gedung D Lantai 1 Kampus Terpadu UMY, membahas tentang pentingnya mengurangi sampah plastik dalam upaya menjaga bumi agar tetap sehat.
Keberadaan plastik dalam kehidupan manusia memang tak bisa dihindari. Pasalnya pada penerapan kehidupan sehari-hari, plastik memiliki manfaat seperti sebagai pembungkus makanan, minuman, sedotan, tempat menaruh barang belanja, dan banyak lagi. Namun adanya plastik yang sedikitnya memiliki manfaat itu, justru memberikan dampak tak baik bagi kelangsungan hidup manusia, hewan, atau tumbuhan. Mengingat plastik merupakan bahan yang tidak bisa terurai atau terdegradasi dengan sendirinya jika sudah menjadi sampah, butuh waktu beribu tahun untuk satu kantong plastik dapat hancur sendiri tanpa bantuan mikroba.
“Kesadaran kita terlena dengan beberapa keuntungan bahan plastik itu, akibatnya kita lupa bahwa ternyata plastik tidak bisa terdegradasi kalau pun bisa membutuhkan waktu sampai seribu tahun, bahkan di Jakarta sampah plastik sudah seperti gunung. Memang ada mikroba yang bisa mengurai plastik tapi para ilmuwan belum menemukan formula untuk mengembangbiakkan mikroba tersebut. Pada akhirnya sampah plastik sulit dikendalikan dan ditemukan solusinya untuk menghancurkannya,” papar Ir. Agung Astuti, M.Si, dosen Agroteknologi UMY.
Ada beberapa langkah yang mulai sekarang bisa diterapkan oleh kita dalam menangani sampah plastik, yakni dengan mengurangi jumlah pemakaian. Contohnya seperti membawa tas belanja sendiri ketika pergi ke pasar atau super market, tidak membeli minuman botol kemasan dengan solusinya membawa botol minuman sendiri ketika hendak pergi bekerja atau kuliah, tidak menggunakan sedotan plastik, dan menimbun atau membakar sendiri sampah plastik yang ada di rumah.
“Kita harus mengurangi pemakaian sampah plastik, dengan melakukan hal kecil di kehidupan sehari-hari saja mulai belanja ke super market, pasar, atau tidak menggunakan bahan plastik ketika makan dan minum. Karena itu dampaknya sangat besar bagi kelangsungan hidup kita, anak, dan cucu kita nantinya serta juga kelangsungan makhluk hidup lainnya. Banyak kasus hewan laut yang memakan plastik di perairan, dan menderita karena sampah tersebut masuk ke dalam tubuh mereka. Jadi mahasiswa Agroteknologi UMY yang milenial harus beri sumbangsih pada bumi dengan pengurangan sampah plastik,” jelas Agung.
Pada penutup workshop, Dr. Ir. Gatot Supangkat, M.P yang juga menjadi salah satu pembicara workshop Temu Alumni Himagro memberikan pesan khusus kepada anak didiknya untuk selalu menjaga kelestarian bumi. “Saat ini bumi kita berada pada suhu sekitar 33 derajat celsius, yang berarti cukup panas. Masa depan kehidupan ada di tangan manusia, jadi mulai sekarang kita harus membiasakan diri melakukan kegiatan sehari-hari yang bisa mengurangi beban bumi. Mulai dari hal kecil saja seperti mengurangi penggunaan air ketika mengambil air wudhu atau ketika mandi. Karena dengan membiasakan maka kita akan terbiasa sehingga terbentuk perilaku yang baik,” tutupnya. (Hbb)