Berita

Berikan penghargaan untuk Ibu, mahasiswa Komunikasi UMY gelar pameran “Kado buat Ibu”

Terinspirasi untuk turut serta mengangkat kembali dan mempromosikan budaya tradisional, khususnya Lurik sebagai upaya pelestarian nilai budaya Indonesia serta memberikan penghargaan atas peran dan kontribusi para Ibu dalam kehidupan keluarga dan bernegara, empat mahasiswa Ilmu Komunikasi-Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (IK-UMY) yang menamakan diri Titik Hitam Production bekerjasama dengan House of Lawe menggelar Pameran “Kado Buat Ibu” di Gallery Amri pada Minggu (19/12) silam.

Menurut Ketua Titik Hitam Production, Ghozian A Pradhana, budaya besar hasil karya masyarakat Indonesia berupa kain tenun tangan telah menghasilkan beragam kain tradisional yang masing-masing kain tersebut memiliki filosofi atau arti karakteristik tersendiri dan mendalam mengenai nilai kehidupan, cinta, harapan alam semesta yang harmonis, hingga kebahagiaan.

Sayangnya, kekayaan ragam kain tardisional ini diakui Ghozian semakin tenggelam dengan munculnya pasar bebas. “Pasar bebas menjadikan pasar lokal semakin tenggelam yang menyebabkan tradisi tenun di Indonesia kian terkikis karena masyarakat mulai beralih pada produk impor yang masuk dengan mudahnya di negeri ini. Meskipun produk tersebut tidak lebih baik daripada produk lokal itu sendiri,” paparnya di Kampus Terpadu, Selasa (21/12).

Ia juga menambahkan jika kemajuan Indonesia di bidang pariwisata dan industri lokal saat ini sangat ditunjang oleh kualitas sumber daya manusia yang mampu bersaing dengan negara lain. “Salah satu cara untuk meningkatkan industri lokal adalah dengan cara menumbuhkan kepedulian terhadap hasil budaya lokal itu sendiri. Lurik merupakan salah satu warisan budaya yang harus dipertahankan keberadaannya,” papar Ghozian.

Dipilihnya Ibu sebagai tema, diungkapkan Ghozian, dengan melihat momentum Hari Ibu serta mengingat besarnya peran Ibu baik dalam kehidupan keluarga hingga bagi kehidupan bernegara. “Ibu merupakan sosok istimewa yang memiliki peran yang sangat besar dalam aspek kehidupan luas. Untuk itu, penghargaan pantas diberikan kepada para Ibu dengan cara masing-masing melalui hal terkecil sekalipun, salah satunya dengan mengadakan pameran ini,” tambahnya.

House of Lawe sendiri merupakan perusahaan yang menitikberatkan produk handicraft berbahan dasar lurik. Dalam usahanya, Lawe mengubah tenun tangan tradisional ke dalam kehidupan sehari-hari menjadi barang yang dapat berfungsi dalam kehidupan moderen. “Proses ini melibatkan banyak kelompok produk perancang, penjahit, perajin, terutama penenun tangan yang masyoritas adalah perempuan,” urai Ghozian.

Keinginan Titik Hitam Production dalam menggandeng House of Lawe, juga diakui Ghozian, karena perusahaan tersebut berkomitmen untuk mempertahankan tradisi tenun tangan di Indonesia sekaligus mendorong dan memberdayakan perempuan untuk berkontribusi dalam memperbaiki penghidupan serta kesejahteraan di negeri ini. “Komitmen terhadap pemberdayaan perempuan inilah yang membuat pihak kami tertarik bekerjasama karena perempuan memang memiliki peran yang sangat besar dalam kehidupan keluarga dan negara dengan segala potensinya,” tuturnya.

Dengan pameran ini, Ghozian berharap masyarakat Indonesia akan lebih mencintai dan menghargai kain Lurik sebagai produk lokal tersebut. “Dengan memakain Lurik, secara tidak langsung masyarakat juga turut serta dalam mengurangi pengangguran dan memberdayakan hasil kreativitas perempuan mengingat kain ini diproduksi dengan tangan perempuan sebagai bagian dari masyarakat lokal Indonesia,” tandasnya.