Berita

Berkemajuan, Jurnal Agraris UMY Terindeks Scopus

Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY) kembali meraih prestasi melalui bidang penulisan jurnal. Jurnal Agraris: Journal of Agribusiness and Rural Development Research berhasil terindeks Scopus pada awal 2021 ini. Editor in Chief Jurnal Agraris, Dr. Widodo, pada Senin (01/03) menjelaskan bahwa Jurnal Agraris ini ditulis sebagai bentuk dedikasi dalam membantu perkembangan pertanian Indonesia dari sisi sosial ekonomi.

“Akan tetapi, seiring berjalannya waktu nanti, kontribusi agraris perlu diperluas tidak hanya secara nasional tapi juga lebih luas ke ranah internasional,” ungkap Widodo.

Saat ini di UMY, Jurnal Agraris merupakan satu-satunya jurnal yang terindeks oleh Scopus. Kendati demikian, beberapa jurnal lain di UMY pun sedang mengajukan diri ke Scopus. Hal ini merupakan bentuk keseriusan UMY untuk menjadi pusat unggulan riset dan publikasi internasional. Widodo menambahkan bahwa jurnal yang terbit pertama kali pada tahun 2015 ini pada tahun 2017 pernah meraih akreditasi dari Kemenristek Dikti pada peringkat kedua atau SINTA 2.

“Untuk menjaga kualitas jurnal, editor dan juga reviewer dalam jurnal ini adalah para profesional yang memiliki pengalaman terbaik di bidangnya. Seiring dengan berjalannya waktu, Jurnal Agraris terus meningkatkan kualitasnya, terbukti dengan cukup banyaknya peneliti dari luar negeri seperti Malaysia, Afrika Selatan, Ethiopia, dan lainnya yang ingin menerbitkan artikel ilmiah terbaiknya di jurnal ini,” imbuh Widodo.

Scopus merupakan pengindeks internasional yang telah diakui di seluruh dunia. Maka, hanya jurnal dengan kualitas tinggi sajalah yang dapat tembus diindeks oleh pengindeks ini. Untuk bisa terindeks Scopus, banyak kriteria yang harus dipenuhi oleh jurnal utamanya terkait dengan kualitas artikel yang diterbitkan. Biasanya, waktu yang dibutuhkan Scopus untuk mereview sebuah jurnal adalah 6 sampai 12 bulan lamanya, namun untuk Jurnal Agraris, waktu yang dibutuhkan hanya kurang dari dua bulan saja.

“Mulai tahun 2020, kami hanya menerima artikel berbahasa Inggris, ini kami lakukan agar Jurnal Agraris mampu berkontribusi pada komunitas ilmiah yang lebih luas lagi cakupannya,” tutup Widodo. (ays)