Rupiah merupakan mata uang resmi yang digunakan oleh Indonesia untuk melakukan transaksi ekonomi. Bagi masyarakat yang tinggal dalam wilayah Indonesia, rupiah sudah menjadi bagian yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan sehari-hari. Rupiah merupakan salah satu lambang kedaulatan untuk Republik Indonesia. Sebagaimana disampaikan oleh Budi Hanoto, Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia DIY, dalam acara Bank Indonesia (BI) Goes to Campus pada hari Selasa (7/11) di gedung Sportorium Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY).
Kegiatan yang diselenggarakan oleh BI bekerjasama dengan salah satu stasiun televisi swasta tersebut mengusung tema Cinta Rupiah. “Untuk Indonesia, rupiah merupakan salah satu lambang kedaulatan negara. Ada beberapa kasus di daerah-daerah 3T (Terdepan, Terluar dan tertinggal) bahwa warga setempat menggunakan mata uang asing untuk transaksi sehari-harinya, ini merupakan hal yang sangat disayangkan. Karena ada beberapa wilayah yang dulunya menjadi bagian dari Indonesia kemudian harus diambil oleh negara lain disebabkan Mahkamah Internasional menganggap masyarakat setempat lebih condong menggunakan mata uang asing ketimbang rupiah. Seharusnya rupiah menjadi tuan rumah di negeri sendiri,” ujar Budi.
Budi melanjutkan bahwa menggunakan rupiah dalam transaksi ekonomi di Indonesia merupakan sebuah bentuk bela negara. “Membela negara tidak semata-mata identik dengan mengangkat senjata. Menggunakan rupiah untuk transaksi ekonomi juga merupakan bela negara, dan ini dapat dilakukan oleh setiap kalangan masyarakat di Indonesia. Karena itu kita harus mencintai rupiah,” ungkap Budi.
Sementara itu disebutkan oleh Suhaedi, Kepala Departemen Pengelolaan Uang BI, tema yang diusung tersebut sejalan dengan misi BI. “Tema cinta rupiah ini perlu diedukasikan kepada masyarakat secara luas. Karena saya kira ini akan meningkatkan kesadaran masyarakat untuk bertransaksi menggunakan rupiah yang akan berdampak baik pula pada perekonomian negara. Ini sejalan dengan misi BI yang bertujuan menjaga kemanjuran transmisi kebijakan moneter agar mendorong pertumbuhan ekonomi yang berkualitas,” ujarnya.
Suhaedi menyebutkan bahwa dengan mencintai rupiah, masyarakat juga akan terhindar dari bahaya uang palsu. “Untuk mencintai rupiah, sebelumnya kita harus mengenal rupiah terlebih dahulu. Untuk itu kita harus mengenali rupiah asli dengan memperhatikan alat-alat pengaman yang ada di uang rupiah seperti pita dan watermark. Alat pengaman tersebut dapat diketahui dengan melakukan 3D (Dilihat, Diraba, Diterawang),” paparnya.
Suhaedi juga menyampaikan agar masyarakat menjaga bentuk fisik uang kertas rupiah. Ini agar alat-alat pengaman yang ada tidak rusak dan dapat didentifikasi dengan mudah oleh masyarakat. “Ada 5 Jangan yang perlu diketahui oleh masyarakat untuk menjagaga uang rupiah. Yakni uang kertas jangan dicoret, jangan distapler, jangan diremas, jangan dibasahi dan jangan dilipat,” imbuhnya.
Dalam kegiatan tersebut hadir pula Denis Adhiswara Selaku Pengusaha Nasional yang bergerak di bidang Creator Video yang turut memberikan ilmunya tentang Industry Creator Video. Selain itu Denis juga mengatakan bahwa dirinya tetap berusaha menggunakan rupiah dalam setiap transaksi yang dilakukannya. “ Ketika saya mendapatkan pembayaran dari Youtube maka akan saya transfer uang tersebut menjadi rupiah, karena menggunakan rupiah memudahkan kita dalam bertransaksi di Indonesia tentunya,” ungkapnya.
Hilman Latief M.A.Ph.D selaku Wakil Rektor Bidang Kemahasiswaan, Alumni dan AIK UMY juga mengungkapkan rasa hormatnya atas kepercayaan yang telah diberikan dari Bank Indonesia kepada UMY sebagai tempat penyelenggaraan BI Goes to Campus tersebut. “Kami mengucapkan terima kasih telah dipercaya untuk menyelenggarakan kegiatan ini karena kegiatan ini merupakan sebuah kegiatan yang cukup membanggakan. Dan diharapkan dengan kegiatan ini bisa menumbuhkan rasa cinta terhadap tanah air dengan cinta rupiah, sebagai salah satu alat pembayaran yang sah di wilayah Indonesia,” tambahnya. (raditia & zaki)