Kelainan bibir sumbing berpotensi menyerang setiap bayi yang lahir, tidak peduli dia berasal dari ekonomi menengah ke bawah atau menengah ke atas. Selain itu, pencegahan untuk kelainan bibir sumbing ini masih menjadi kajian bagi para ilmuan kedokteran hingga saat ini. Hal tersebut disampaikan oleh wakil dekan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UMY drg. Laelia Dwi Anggraini, Sp. KGA, saat diwawancarai setelah acara syukuran suksesnya operasi bibir sumbing di Asri Medical Center, Sabtu Malam (8/3).
Penyebab kelainan bibir sumbing ini menurut drg. Laelia, belum diketahui secara dalam. Saat ini penyebabnya baru diketahui berasal dari faktor gen, namun nyatanya masih terdapat bayi penderita bibir sumbing meskipun berasal dari keluarga sehat yang tidak memiliki riwayat penyakit tersebut. “Dokter belum mengetahui apakah ada faktor nutrisi dari makanan ibu yang mengandung, iklim ataupun cuaca, yang jelas saat ini diketahui hanya faktor genetik. Jadi kelainan ini bisa menjangkiti setiap bayi lahir,” jelasnya.
Upaya pencegahan bibir sumbing ini juga belum diketahui secara jelas. Walaupun ada yang mengatakan dapat dicegah dengan menggugurkan kandungan, akan tetapi hal tersebut melanggar hukum dan tidak berperikemanusiaan. “Bibir sumbing pada bayi dalam kandungan baru terlihat pada usia kandungan tua. Sehingga tidak boleh digugurkan, selain beresiko, itu juga perilaku pembunuhan,” ungkap drg. Laelia.
drg. Laelia mengungkapkan, 8 dari 1000 angka kelahiran di Indonesia mengalami kelainan bibir sumbing. Angka bibr sumbing ini terus naik dari tahun- ketahun, sehingga membutuhkan perhatian lebih dari berbagai kalangan. “Untuk itulah perlu perhatian operasi gratis untuk menangani bibir sumbing ini. Kalau orang kaya mungkin bisa langsung menangani, tapi orang yang ekonomi lemah susah jadinya. Maka kitalah yang harus membantunya,” jelas dosen FKIK UMY ini.
drg. Laelia juga mengatakan, perlu adanya kajian khusus untuk mencari pencegahan bibir sumbing ini, sebab penangan bibir sumbing yang tergolong mahal karena operasinya tergolong sulit dilakukan. Maka harus dicari pencegahan sebelum bayi terlahir dengan bibir sumbing. “Ini masih menjadi pekerjaan rumah, yang perlu dicari pencegahannya,” ungkap drg. Laelia. (syah)