Pada tahun 2050, prediksi bahwa jumlah penduduk dunia akan bertambah hingga mendekati 10 milyar jiwa menunjukkan kemungkinan terjadinya lonjakan permintaan untuk pemenuhan kebutuhan pangan dunia. Dalam skala regional, Indonesia diprediksi akan memiliki 305,7 juta jiwa dan hal tersebut akan menjadi tantangan tersendiri secara nasional. Menurut Dr. Ir. Agung Hendriadi, M.Eng, selaku Kepala Badan Ketahanan Pangan (BKP), Indonesia memiliki kesempatan untuk mengatasi tantangan tersebut dengan memanfaatkan potensi yang dimiliki. Hal tersebut disampaikan oleh Agung dalam konferensi internasional, FANRes ke-4 (Food, Agriculture and Natural Resources) pada hari Kamis (13/9).
Agung menyampaikan bahwa akan terjadi transisi dalam pola kehidupan masyarakat pada tahun 2050. “Secara global, setengah dari penduduk dunia akan menetap di wilayah urban. Kemudian ini juga diikuti dengan fenomena bonus demografi yang terjadi secara global, termasuk di Indonesia. Hal tersebut akan diikuti dengan transisi pola makan menuju konsumsi makanan olahan yang lebih tinggi serta pangan yang bersumber dari hewan, buah-buahan dan sayuran. Karena itu kita akan melakukan investasi pada aspek pertanian dan pangan untuk memaksimalkan fenomena bonus demografi,” ujarnya.
Untuk mengatasi tantangan tersebut, Indonesia perlu menerapkan beberapa strategi. “Salah satunya adalah efisiensi produksi pertanian, hal ini bisa diterapkan dengan; Meningkatkan efisiensi dalam transportasi dan logistik; Memberdayakan Organisasi Petani; Meningkatkan efisiensi produksi; Meningkatkan Infrastruktur; dan Mendidik sumber daya manusia. Hal tersebut sudah kita terapkan misalnya dengan menyediakan 180 ribu unit peralatan dan mesin pertanian, menyimpan lahan sebagai Asuransi Pertanian sebesar 674.650 hektar, dan melakukan kontrol terhadap impor produk pangan yang bisa kita adakan di dalam negeri seperti Padi, jagung, kedelai, cabe, bawang merah, daging sapi, dll,” jelasnya.
Agung menyebutkan strategi dan usaha yang dilakukan tersebut dijalankan agar Indonesia mampu untuk berkontribusi secara global. “Kita akan menerapkan pengembangan industri agrikultural yang terfokus, ini akan dilakukan di berbagai daerah dengan mengkhususkan daerah tersebut pada pertanian satu atau beberapa produk. Seperti; Pisang di Sumetarea Utara, lampung dan Jateng; kemudian Sagu di Papua Barat dan Maluku. Ini perlu dilakukan sehingga target Indonesia untuk menjadi World Food Basket (Lumbung Pangan Dunia) di tahun 2045 nanti bisa tercapai,” ungkapnya.