Program televisi kini menjadi sebuah tontonan yang sangat menarik bagi manusia. Namun sayangnya, program televisi yang ada di Indonesia ini makin banyak melakukan pelanggaran. Seperti yang tertera pada Undang-Undang No.32 tahun 2002 tentang hukum penyiaran serta P3SPS (Pedoman, Perilaku, Penyiaran Standar Program Penyiaran) yang dibuat oleh Komisi Penyiaran Indonesia (KPI), tak menampik bahwa program televisi melanggar hukum regulasi atau etika yang ada. Ini yang menjadi sebuah perhatian lebih, khususnya pada isu tentang politisi di media televisi, kekerasan, seksualitas, dan persolan program televisi tentang hal mistik.
Demikian Fajar Juanedi. S. Sos,. M.Si saat diwawancarai hari Rabu (14/1) di kantor Biro Humas dan Protokol (BHP) Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY), terkait acara Launching Buku Mahasiswa Broadcasting Ilmu Komunikasi UMY 2012 yang berjudul “BeLieve in TeLievisi” (Membongkar Kebohongan Program Televisi) yang telah diadakan pada Sabtu malam (10/1) di Playground Cafe Yogyakarta. Dalam acara tersebut juga turut mengundang Filosa Gita Sukmono, S. Ikom, M.A selaku pembicara dari dosen IK UMY, Widodo Imam Kurniadi selaku pembicara dari MPM (Masyarakat Peduli Media), Galuh Ratnatika, dan Erwin Rasyid selaku penulis.
Penulisan buku yang melibatkan 49 Mahasiswa broadcasting Ilmu Komunikasi UMY 2012 ini, awalnya juga melakukan riset terkait dengan tayangan televisi dengan parameter etika dan regulasi yang ada. “Etika ini mencakup etika normatif dan etika deskriptif yang berkembang di masyarakat, misalnya pada etika normatif yang akan berbicara langsung tentang hukum penyiaran serta P3SPS,” ungkap Fajar.
Fajar menjelaskan bahwa Riset yang dilakukan adalah melakukan pegamatan pada tayangan atau program yang ada di televisi. “Dari tayangan itu kemudian dideskripsikan seperti apa tayangan tersebut, setelah dideskripsikan barulah ditentukan point-point dari regulasi dan etika apa saja yang dilanggar. Dari deskripsi dan point-point tersebut, kemudian akan dikaitkan dengan teori-teori komunikasi yang sudah dipelajari di kelas,” jelasnya.
Dalam penentuan tema besar ini, menurut Fajar, mahasiswa yang berperan penuh, sementara dosen hanya sebatas fasilitator bagi mahasiswa dalam berkarya. “Sehingga mahasiswa akan bekerja dengan kolektif dalam memberikan masukkan untuk temannya. Jadi ini adalah karya mahasiswa dan saya hanya memfasilitasi mahasiswa untuk terus berkarya. Selian itu proses pembuatan buku ini sudah berjalan selama 1 semester,” ungkapnya.
Fajar juga memaparkan, peran mahasiswa dalam mengkritisi media ini sangat penting, karena ini bisa menjadi sebuah karya yang nyata. “Penulisan buku ini juga bisa memberi peluang bagi mahasiswa untuk bisa berkontribusi dalam memberikan masukkan terkait dengan regulator untuk KPI atau KPID dan industti televisi. Jadi dalam konteks ini mahasiswa atau kampus bukan hanya sebagai menara gading saja, “ paparnya.
Fajar pun berharap buku ini bisa dijadikan portofolio mahasiswa agar terus berkarya dan punya modal untuk bersaing di dunia kerja. Selain itu juga bisa memberi peluang mahasiswa untuk menyampaikan idealismenya dalam membuat karya secara akademis bukan dengan demo. “Dengan karya ini mahasiswa juga dilatih untuk berenterpreneurship, di mana dalam menerbitkan sebuah buku mahasiswa memodali sendiri atau mencari sponsor, dan nanti hasil penjualan buku tersebut juga untuk mahasiswa itu sendiri,” imbuhnya.
Sementara itu, menurut salah seorang mahasiswa IK UMY, yang juga menjadi moderator dalam acara launching tersebut menjelaskan, dalam buku tersebut Mahasiswa Broadcasting IK UMY itu mencoba mengkritisi tayangan program yang ada di televisi. “Dalam buku ini, sang penulis mencoba mengkritisi tayangan program yang ada di televisi. Ada 4 isu atau tema besar yang diangkat dalam buku ini antara lain yaitu Kekerasan, Sekusualitas, Mistis, dan Netraliasasi Berita, “ jelasnya.
Naswan melanjutkan, dalam bab Kekerasan dibahas beberapa tayangan televisi yang memiliki intensitas tinggi dalam melakukan kekerasan baik verbal maupun non verbal. “Pada bab Seksualitas juga sama, yaitu melihat beberapa tayangan televisi yang memiliki intensitas tinggi dalam melakukan tindakan seksualitas baik verbal maupun non verbal.Pada bab Mistis, yang dibahas adalah program yang dikaitkan dengan ajaran agama Islam. Sedangkan pada Netralisasi berita mengungkapkan keberpihakaan media dalam mengemas berita tersbut dalam suatu peristiwa atau isu,” paparnya.