Indonesia menjadi salah satu negara dengan umat Muslim terbanyak di dunia. Kekayaan alam yang dimiliki Indonesia pun berlimpah. Namun posisi umat Muslim terbanyak disertai kekayaan alam yang melimpah, nyatanya belum menjadikan Indonesia sebagai penentu dunia. Karena di muka bumi ini, termasuk di Indonesia, kebathilan masih merajai segala unsur kehidupan, sementara kebenaran masih berjalan tertatih-tatih.
Untuk itulah, Prof. Dr. H. Ahmad Syafi’i Ma’arif berharap agar ada sekelompok manusia yang bisa menyalakan obor pencerahan untuk dunia ini, khususnya dunia Islam dan Indonesia. Harapan tersebut disampaikan oleh Pimpinan Muhammadiyah yang akrab disapa Buya Syafi’i tersebut pada Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY), yang tengah memperingati miladnya ke-34. Hal tersebut disampaikan saat Buya Syafi’i menjadi pembicara Talkshow dalam Malam Refleksi dan Tasyakuran Milad UMY ke-34, di Sportorium UMY, Sabtu (28/2). Turut hadir pula sebagai pembicara Talkshow, Ir. HM. Dasron Hamid, MSc., Drs. H.M. Alfian Darmawan, dan Dr. Said Tuhuleley, yang juga merupakan pelaku sejarah berdirinya UMY.
Buya Syafi’i pun mengatakan jika UMY harus bisa ikut menyalakan obor pencerahan tersebut bersama Perguruan Tinggi Muhammadiyah (PTM) lainnya. Sekalipun hal itu merupakan tugas berat, namun menurut Buya pekerjaan itu juga sangat mulia. “Dengan tugas ini, kita bisa ikut menjadi penentu dunia, bahkan juga untuk dunia Islam. Ini tugas berat tapi sangat mulia. Inilah tugas UMY dan PTM lain berikutnya,” ungkapnya.
Di samping itu, Buya Syafi’i juga menyarankan agar orang-orang Muhammadiyah, baik itu yang berada di kalangan PTM atau bukan, juga harus berpikir tentang kondisi bangsa Indonesia. Apalagi saat ini krisis moral sudah terjadi di mana-mana. “Di Indonesia ini, Muslimnya terbesar di muka bumi. Tapi moralnya belum ‘siuman’ sepenuhnya. Apa yang saat ini terjadi di tingkat nasional seperti rekening gendut, itu real terjadi. Dan itu juga karena persoalan akhlak, persoalan moral,” tegasnya.
Karena itu, Buya Syafi’i menyarankan agar semua pihak ikut memikirkan kondisi bangsa ini. “Jangan berhenti jadi politisi, tapi harus naik jadi negarawan. Itu yang saat ini masih minim. Perguruan tinggi juga jangan hanya fokus pada Tri Dharma tapi juga harus menjadi Catur Dharma, karena itu juga yang kurang di negeri ini,” pungkasnya.