Magister Politik dan Hubungan Internasional Universitas Muhammdiyah Yogyakarta (MPHI UMY) datangkan Prof. Yang Seung Yoon dari Hankuk University of Foreign Studies Seoul, dalam acara seminar bertajuk Konflik Semenanjung Korea. Acara yang dibuka langsung oleh Direktur MPHI UMY Dr. Surwandono, S.IP, M.A tersebut berlangsung diruang Simulasi Sidang Asean HI UMY, Kamis (24/10).
Dalam sambutannya, Dr. Surwandono mengatakan bahwa masalah yang menarik tentang Korea bukan hanya budaya atau yang dikenal K-Pop saja. Lebih dari itu, masalah yang cukup menarik adalah strategi antara 2 negara Korea dalam mengembangkan negaranya. Adanya konflik di semenanjung Korea juga sangat menarik untuk dikaji. “Mengingat hubungan antara Korea Selatan dan Korea Utara yang panas – panas dingin, maka sangat menarik untuk mengetahui ada apa dibalik ini.Padahal mereka merupakan satu kesatuan,” kata direktur MPHI UMY.
Sedangkan Prof. Yang menjelaskan tentang sejarah dua Korea yang dulu adalah satu kesatuan. Selama 2000 tahun lebih, Korea merupakan satu kesatuan, tanpa ada sebutan Korea Utara ataupun Korea Selatan hingga akhirnya berpisah pada tahun 1945. Pemisahan dilakukan oleh Amerika Serikat (AS) dan Uni Soviet (US) setelah penyerahan diri Jepang 1945. Bagian Utara merupakan basis komunis dan bagian Selatan merupakan basis kapitalis atau demokrasi. “Korea sebenarnya tidak ingin berpisah, pemisahan utara dan selatan itu merupakan campur tangan luar, bukan Korea,” jelas penasehat International Association of Korean Studies in Indonesia (INAKOS) ini.
Prof. Yang mengungkapkan, alasan Korut yang sering mengancam akan menyerang Korsel dengan nuklir, hanya bertujuan untuk menakut- nakuti dunia internasional, sebagai strategi untuk mengadakan perundingan dengan AS, yaitu perginya AS dari semenanjung Korea.” Jika dilihat, gertakan Korut menggunakan nuklir tersebut bertujuan untuk melakukan perundingan dengan Amerika Serikat. Karena yang menjadi masalah bagi Korut adalah kapitalis yang dibawa oleh AS tersebut. Serta tujuan Korut adalah mengkomuniskan seluruh Korea”, ungkapnya.
Melihat hubungan Korsel dan Korut sering tegang, Prof. Yang Seung mengatakan bahwa dua Korea tidak akan berperang secara habis- habisan. karena rakyat Korea sangat tahu akan pribahasa kuno, yaitu “darah lebih kental dari air”. Oleh sebab itu Korut tidak akan membabi buta menyerang Korsel, karena mereka akan membunuh anak, kakek, nenek ataupun keluarga mereka sendiri.Jika Korut membom Korsel, berarti mereka membunuh nenek dan kakek mereka sendiri, begitu juga sebaliknya dengan Korsel. Itu yang disebut dengan persaudaraan lebih kuat dari kepentingan”, katanya. (syah)