Sama halnya dalam hubungan internasional perspektif barat, hubungan internasional dalam perspektif Islam juga merujuk pada semua bentuk interaksi antara anggota masyarakat yang terpisah baik dalam unit politik maupun negara. Para cendekiawan Islam telah membawa perkembangan ilmu politik dan hubungan internasional ini jauh lebih dulu sebelum adanya disiplin ilmu hubungan internasional. Hal ini dikemukakan Dosen Program Studi Hubungan Internasional Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY), Siti Muslikhati dalam acara International Relations Virtual Summer School (IRVISS) 2022 pada Senin (04/07).
Dalam hubungannya dengan negara lain, pemikiran yang berkembang di kalangan umat Islam mengklasifikasikan negara ke dalam dua bidang. Pertama, negara-negara dalam dunia Islam yang seluruhnya dianggap berada di Darul Islam. Kedua, negara-negara lain atau Darul Kuffar.
“Darul Islam mengacu kepada penduduk Islam yang tunduk kepada Tuhan dan menjalankan perintahnya sehingga menimbulkan kedamaian di dalam wilayah tersebut. Negara tersebut diperintah oleh kekuatan kaum Muslimin dan penduduknya bebas menjalankan syariat Islam,” terang Siti dalam klaster Hubungan Internasional di Dunia Islam. Sedangkan Darul Kuffar adalah daerah yang kekuasaan dan pertahanannya tidak berada di tangan kaum muslimin, sehingga syariat Islam tidak bisa dijalankan di dalamnya.
Dalam hubungan negara, lanjut Siti, Darul Islam tidak memiliki kesepakatan atau perjanjian dengan Darul Kuffar. Kecuali perjanjian yang dilakukan dengan tujuan dakwah dan berpacu pada kepentingan bersama. Melalui perjanjian antar negara sebagaimana perjanjian dengan Darul Kuffar tersebut yang kemudian menjadi bentuk konkrit Negara Islam dalam menerapkan hubungan luar negeri.
“Hubungan luar negeri antara Darul Islam dan Kuffar dilakukan sesuai dengan tujuan dakwah, kemaslahatan umat Islam dan kepentingan Negara Islam. Seperti negara-negara yang terikat perjanjian di bidang ekonomi dan budaya, serta diberlakukan sesuai dengan isi teks perjanjian,” ujar Siti di hadapan mahasiswa dari Malaysia dan Indonesia.
Siti juga memaparkan hubungan lain antara keduanya. Negara-negara lain yang tidak memiliki hubungan perjanjian dengan Darul Islam maka dianggap sebagai muharibah hukman. Artinya, terhadap mereka diambil langkah-langkah waspada dan siaga penuh, serta tidak akan diadakan hubungan diplomatik dengan mereka.
“Negara-negara yang tidak terikat perjanjian dengan Darul Islam, maka diambil langkah waspada dan tidak ada hubungan diplomatik ataupun konsuler. Begitu pula bagi negara-negara yang memusuhi Darul Islam atau muharibah fi’lan, maka diambil sikap siaga perang,” tambah Siti.
Pada kelas hubungan internasional dalam perspektif Islam ini, Siti juga menegaskan bahwa pada dasarnya politik luar negeri dalam Negara Islam tidak terlepas dari tiga aspek. “Dasar politik luar negeri Negara Islam terbagi menjadi 3. Pertama, Aqidah Islam yang mengharuskan Negara Islam untuk menyebarkan pesan Islam ke seluruh dunia. Kedua, dakwah Islam oleh negara dianggap sebagai universalisasi Islam & mengamalkan Hukum Tuhan. Ketiga, Rahmatan lil ‘alamin (Rahmat alam semesta) akan terjadi jika Islam diterapkan secara menyeluruh dan sempurna,” tegas Siti. (NSN)