Berita

Cendekiawan Muslim Muda Perlu Munculkan Solusi Islam Kontemporer

Dengan keadaan masa kini yang semakin kompleks dikarenakan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, generasi muda punya kewajiban untuk merespon sesuai dengan kebutuhan masyarakat. Terlebih dalam hal bagaimana menyelaraskan pemahaman masa kini dengan ajaran Islam. Ini perlu dilakukan oleh cendekiawan muslim muda untuk melahirkan solusi yang sesuai dengan jaman sebagai usaha ijtihad.

Hal ini disampaikan oleh Wakil Rektor Bidang Kemahasiswaan, Alumni dan AIK, Hilman Latief, S.Ag., MA Ph.D, dalam membuka acara Kolokium Pemikiran Islam di Ruang Sidang Pascasarjana Gedung Kasman Singodimedjo Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY). Acara ini diselenggarakan oleh Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM) UMY pada hari Kamis (12/4).

Hilman menyebutkan bahwa fenomena-fenomena yang terjadi saat ini perlu dicari solusinya melalui kacamata Islam. “Islam selalu sesuai dengan setiap keadaan dan jaman, ini adalah faktanya. Muhammadiyah sendiri sudah memiliki begitu banyak tokoh pemikir senior yang memunculkan banyak gagasan, namun sudah saatnya untuk para pemikir muda kita untuk menjadi penerus dengan melahirkan pemikiran Islam yang dapat merespon banyak fenomena global saat ini,” ungkap Hilman.

Menurut salah seorang pemateri, Prof. Dr. Zakiyudin Baidhawi, M.Ag., pemikiran yang kritis dan kreatif menjadi kunci untuk menghasilkan solusi yang sesuai dengan ajaran Islam. “Di abad pertama, Muhammadiyah melakukan ijtihad dengan memunculkan gagasan bahwa organisasi ini harus dapat berkontribusi terhadap permasalahan masyarakan dalam bidang pendidikan, kesehatan, dan ibadah. Dengan ini Muhammadiyah berhasil menjadi uswatun hasanah dan menjadi teladan bagi banyak organisasi lainnya di Indonesia. Kemudian pertanyaannya adalah selain terus merevitalisasi 3 hal awal tersebut, kontribusi baru apa yang bisa kita berikan kepada masarakat,” papar Zakiyudin.

Zakiyudin berpendapat salah satu bentuk yang dapat dilakukan adalah dengan berinvestasi dalam pengembangan digital skill seperti pengelolaan big data. “Jangan ragu untuk berinvestasi dalam pengembangan kemampuan industri digital. Di samping karena dampak dari revolusi industri keempat yang memang menuntut digitalisasi, kita juga memang membutuhkannya. Ada banyak instansi, lembaga, dan bahkan institusi pendidikan di Muhammadiyah dan kalau digitalisasi akan menjadi data yang sangat banyak. Kita butuh kemampuan untuk mampu mengintregasikan data tersebut agar perencanaan serta pengelolaan organisasi dapat jauh lebih efisien,” tuturnya. (raditia)