Berita

Dakwahtainment, potret dakwah televisi masa kini

Dakwah melalui televisi dinilai efektif karena televisi dipandang sebagai media strategis untuk penyampaian dakwah kepada masyarakat secara menyeluruh. Hal ini mendorong adanya dakwahtainment sebagai program televisi yang menggabungkan antara dakwah dan hiburan.Sehingga dakwahtainment dapat menjadi peluang dan tantangan bagi sarjana-sarjana dahwah. Mereka diharapkan mampu memasuki bidang pertelevisian dalam berbagai aspek.

Dakwah melalui televisi dinilai efektif karena televisi dipandang sebagai media strategis untuk penyampaian dakwah kepada masyarakat secara menyeluruh. Hal ini mendorong adanya dakwahtainment sebagai program televisi yang menggabungkan antara dakwah dan hiburan.Sehingga dakwahtainment dapat menjadi peluang dan tantangan bagi sarjana-sarjana dahwah. Mereka diharapkan mampu memasuki bidang pertelevisian dalam berbagai aspek.

Demikian disampaikan Dosen Fakultas Agama Islam – Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (FAI-UMY), Drs. M. Nurul Yamien, M.Si dalam diskusi terbatas ‘Dakwahtainment : Tantangan dan Peluang bagi Sarjana Dakwah’ di Kampus Terpadu UMY Rabu (9/2).

Lebih lanjut Nurul Yamien menjelaskan tantangan bagi para sarjana dakwah karena dakwahtainment merupakan hasil konstruksi yang lebih banyak dipengaruhi oleh produksi dan kalangan media. “Dakwahtainment menyimpan dualisme yang serius. Di satu sisi dakwah melalui televisi bisa sangat efektif. Tetapi di sisi lain televisi merupakan suatu budaya pop yang di dalamnya terdapat ideologi kapitalisme,”urainya.

Dakwah identik dengan keikhlasan demi ketajaman spiritual dan kesalehan sosial. Berhadapan dengan budaya massa yang menganut ideology pasar yang menitikberatkan pada keuntungan finansial.

“Adanya kapitalisme mengakibatkan segala kreativitas budaya mau tidak mau harus bertarung untuk merebut pangsa pasar demi mendapatkan keuntungan dari khalayak konsumen. Pada tahap ini sangat tampak tarik-menarik antara idealisme dakwah dan entertainment (hiburan),”ujarnya.

Meskipun demikian dalam pamaparannya, bukan berarti harus meninggalkan televisi sebagai media dakwah melainkan menjadikan televisi bagian dari pelaksanaan dakwah.

“Kemudian mendorong para sarjana dakwah untuk terjun memasuki bidang pertelevisian dalam berbagai bidang. Peluang ini makin terbuka lebar dengan adanya Undang-Undang Penyiaran yang mendorong berdirinya stasiun-stasiun televisi lokal di berbagai daerah di Indonesia.”tuturnya.

Dengan kata lain Nurul Yamien menegaskan potret dakwah di televisi di samping merupakan tantangan yang berat bagi pelaksanaan dakwah tetapi juga sekaligus memberikan peluang dan harapan akan profesi dakwah di bidang media massa. “Terutama televisi masih terbuka lebar. Oleh karena itu hadirnya sarjana dakwah yang menguasai persoalan media televisi baik secara teknis maupun pragmatis sangat diharapkan.”tegasnya.