Meskipun berada di pengungsian, kebutuhan gizi bagi balita harus tetap diperhatikan. Kebutuhan ini disadari berbeda dengan kebutuhan orang dewasa. Untuk itu, dapur balita sehat pun perlu dididirikan demi menyajikan dan memenuhi asupan menu makanan yang dibutuhkan balita.
Demikian disampaikan Ketua Umum PP ‘Aisyiyah, Siti Noordjanah Djohantini, M.M., M.Si., saat launching Dapur Balita Sehat di Posko pengungsian Universitas Muhammadiyah Yogyakarta, Kampus Terpadu UMY, Kamis (11/11).
Menurut Noordjanah, meskipun para pengungsi telah mendapatkan menu makanan yang memadai, namun balita tetap memerlukan asupan gizi yang sesuai dengan kebutuhan dan disarankan ahli gizi. “Kebutuhan balita untuk mendapatkan asupan gizi, seperti sayuran dan susu, misalnya jelas berbeda dengan kebutuhan orang dewasa. Untuk itu, makanan yang disajikan dalam pengungsian pun juga perlu disesuaikan dengan kebutuhan mereka,” jelasnya di posko pengungsian UMY.
Anak-anak berusia dibawah lima tahun atau balita merupakan usia penting dalam pertumbuhan dan perkembangan fisik anak. Pada usia ini, anak masih rentan dengan berbagai gangguan kesehatan, baik jasmani maupun rohani. Cara orang tua memberikan makan kepada balitanya dengan paksaan semakin menjadikan balita menolak.
Salah satu faktor yang menentukan ketahanan tubuh balita adalah asupan gizinya. “Pertumbuhan anak pada masa balita sangat pesat sehingga mereka membutuhkan zat gizi yang lebih tinggi daripada orang dewasa. Di sisi lain, alat pencernaan balita belum berkembang sempurna. Sehingga kebutuhan makananannya pun perlu disesuaikan dan berbeda dengan orang dewasa,” papar Noordjanah.
Meskipun berada di pengungsian yang ditempati dengan banyak orang, balita yang sedang mengalami proses tumbuh kembang harus memiliki kesehatan dan ketahanan tubuh yang baik. “Tumbuh kembang anak jangan sampai terabaikan. Oleh karenanya, orang tua tetap harus memperhatikan makanan yang diberikan kepada balitanya agar mereka tetap sehat dan ceria meski berada di pengungsian,” urai Noordjanah.
Noordjanah menambahkan, program ini juga diharapkan dapat menambah pengetahuan orang tua dalam menyajikan menu makanan sehat bagi balitanya. “Selama ini banyak balita yang tidak suka mengkonsumsi sayuran, dalam program dapur balita sehat ini para orang tua bisa berkonsultasi dan berbagi pengalaman bagaimana menyajikan menu makan dan strategi agar balita tetap tercukupi kebutuhan sayurannya,” imbuhnya.
Senada dengan Noordjanah, Rektor UMY, Dasron Hamid, M.Si, mengemukakan program ini semakin melibatkan peran orang tua serta mampu menjadi contoh bagi barak pengungsian lain dalam mencetak balita sehat.
Dalam program ini, ‘Aisyiyah akan membuka 10 posko dapur balita sehat di beberapa titik pengungsian yang tersebari di DIY-Jawa Tengah. Program ini menyediakan informasi mengenai penyiapan menu dan pengolahan makanan, dialog partisipatif seputar makanan sehat, serta pendampingan bagi anak dan ibu dalam menu makanan sehat baik selama di pengungsian maupun tindak lanjutnya saat mereka kembali ke tempat asal.