Perubahan kebijakan dalam dunia pendidikan di era globalisasi saat ini melibatkan tantangan luar biasa bagi institusi pendidikan. Sebagai pembuat kebijakan, seorang pemimpin institusi pendidikan penting merespon perubahan tersebut dengan terus meningkatkan pengetahuan dan keterampilan, termasuk beradaptasi dengan informasi teknologi baru yang telah canggih. Hal ini perlu dilakukan oleh semua pihak di semua level, mulai dari kepemimpinan seorang atasan sebagai pembuat kebijakan hingga staf yang akan mengimplementasikan program dan pelayanan dalam dunia pendidikan.
Demikian disampaikan Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Politik- Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (FISIPOL-UMY), DR. Achmad Nurmandi, menjelang keikutsertaannya dalam International Deans’ Course yang akan diadakan pada 14-24 Juni 2010 di Osnabrueck dan Berlin, Jerman.
Pelatihan intensif ini merupakan bagian dari program DIES (Dialogue on Innovative Higher Education Strategies) yang diadakan oleh The German Academic Exchange Service (DAAD) atau Organisasi Pertukaran Akademis Jerman.
Kegiatan tersebut diikuti oleh 30 dekan, wakil dekan, dan kepala departemen dari universitas di Asia Tenggara untuk menyiapkan peserta pelatihan menghadapi tantangan yang muncul dalam memegang posisi dekan untuk menjadikan institusi yang dipimpinnya menjadi lebih baik dan berkualitas. Isu pendidikan seperti manajemen fakultas, pemerintahan pendidikan yang lebih tinggi, manajemen keuangan, manajemen perubahan, dan kepemimpinan akan menjadi pembahasan lebih lanjut dalam pelatihan ini. “Workshop mengenai softskill dan pertukaran dengan pemimpin universitas Jerman mengenai reformasi pendidikan tinggi juga menjadi fokus dalam pelatihan ini,” terang Nurmandi di Kampus Terpadu UMY, Jumat (11/6).
Pelatihan ini terdiri dari tiga bagian yang meliputi program pelatihan dua pekan di Jerman untuk membuat proyek reformasi sebagai bagian dari Project Action Plan (PAP). Pelatihan kemudian dilanjutkan dengan workshop paralel di Asia Tenggara, dan sebagai hasil refleksi implementasi dari proyek reformasi PAP, akan diadakan seminar selama sepekan di Indonesia pada Maret 2011.
Nurmandi menambahkan, komponen penting dari pelatihan ini adalah menerapkan kebijakan dan sistem pendidikan tinggi yang sesuai dengan manajemem pemerintahan, strategis, dan operasional, termasuk manajemen keuangan, kualitas, softskill, serta kompetensi kepemimpinan. “Kesemua topik ini merupakan sebuah inisasi sebagai proses konkret untuk mengukur perubahan dan peningkatan yang lebih baik dalam sebuah institusi di negara para peserta,” jelasnya.
Di Jerman, Nurmandi akan diminta untuk memberikan gambaran situasi kerja yang ada di lingkungan kerjanya. “Pengalaman pribadi dan partisipasi aktif sebagai manajer universitas akan memberikan kontribusi bagi pelaksanaan pelatihan. Oleh karenanya, pada akhir pelatihan ini, para peserta akan diminta membuat PAP yang nantinya akan diimplementasikan di universitas,” jelasnya. PAP tersebut nantinya akan dievaluasi dengan pelatihan jarak jauh dan workshop nasional di area regional.