Berita

Delegasi UMY Raih Best Paper Award Pada International Simposium Ekonomi Se-ASEAN

IMG-20160320-WA001Gagasan untuk membentuk mata uang tunggal bagi negara-negara ASEAN, mengantarkan Dimas Bagus Wiranatakusuma, Dosen Prodi Ilmu Ekonomi Fakultas Ekonomi UMY dan Alif Supriyanto, mahasiswa semester empat Prodi Manajemen FE UMY, meraih penghargaan sebagai “The Best Paper” pada The 13th UBAYA International Annual Symposium on Management (INSYIMA). Syimposium dalam bidang ekonomi tersebut diselenggarakan oleh University Ho Chi Minh City, Vietnam pada 18 hingga 20 Maret 2016 yang lalu.

Menurut Dimas, melalui rilis yang diterima Biro Humas UMY pada Rabu (23/3), penganugerahan best paper tersebut di luar ekspektasi timnya. Mengingat ada 160 paper lain dari para praktisi dan akademisi di negara-negara ASEAN yang juga ikut berpartisipasi dalam simposium tersebut. “Paper kami mengangkat gagasan tentang perlunya negara-negara ASEAN untuk membuat mata uang tunggal. Gagasan kami tersebut kami rangkum dalam paper yang berjudul “Building ASEAN Exchange Rate Unit (AERU) for Monetary Integration in ASEAN-5 Countries”. Dan setelah kami konfirmasi ke panitia, paper kami memang terpilih sebagai The Best Paper, setelah dinilai dengan memperhatikan aspek metodologi, ketajaman analisis, dan kesesuaian topik paper dengan topik simposium,” jelasnya.

Selain itu, menurut Dimas, dipilihnya papernya sebagai best paper juga mengacu pada kesepakatan hasil review dari sembilan orang penilai yang berasal dari Universitas Surabaya, Ho Chi Minh University, Eastern Illinois University, Manchester Business School, dan World Bank. “Hal ini sungguh menjadi sebuah kehormatan dan pengakuan kepada UMY bahwa civitas akademika UMY telah siap bersaing serta diakui dalam pergulatan ASEAN dan dunia, khususnya dalam khazanah penelitian,” ujarnya.

Adapun paper yang Dimas dan Alif buat secara umum membahas tentang kemungkinan dan analisis secara ekonomi terhadap 5 negara termaju di ASEAN, yakni Indonesia, Malaysia, Singapura, Thailand, dan Filipina untuk membentuk kesatuan mata uang (single currency) seperti halnya mata uang Euro di Eropa. Bahkan paper tersebut menurut Dimas juga telah memberikan ukuran rill mengenai mata uang ASEAN berdasarkan penambatan pada beberapa mata uang dunia. “Dan hasilnya menunjukkan bahwa ASEAN layak memiliki mata uang tunggal dan akan terjaga tingkat stabilitasnya jika menambatkan mata uangnya ke Yuan Cina. Penemuan kami ini cukup rasional di tengah pesatnya pertumbuhan ekonomi Cina dan kedekatan hubungan perdagangan antara ASEAN-5 dengan Cina,” jelas Dimas lagi.

Dengan begitu, imbuh Dimas lagi, mata uang tunggal ASEAN tersebut diharapkan akan memacu tingkat pembangunan di negara anggota dan akhirnya dapat menjaga stabilitas mata uang regional. “Namun demikian, tulisan kami juga memberikan implikasi kebijakan bahwa pembentukan mata uang tunggal tersebut juga memerlukan ketersediaan bank sentral tunggal dan kesiapan seluruh anggota untuk menyatukan kebijakan moneternya di bawah satu otoritas tunggal. Sehingga hal ini menuntut adanya komitmen politik dari segenap anggota dan komitmen untuk melakukan konvergensi secara perekonomian,” paparnya. Secara keseluruhan, paper Dimas dan Alif tersebut memberikan gambaran bahwa ASEAN sudah saatnya memikirkan untuk memiliki mata uang bersama, yang pada akhirnya mendorong penciptaan kesatuan ekonomi.

Sementara itu, Alif menyampaikan bahwa pada simposium tersebut, selain berhasil meraih anugerah Best Paper, delegasi dari UMY juga banyak mendapatkan apresiasi dari bayak pihak. Hal tersebut karena pihak panitia dan beberapa delegasi dari ASEAN merasa terkejut ketika mengetahui bahwa tim UMY kebanyakan masih mahasiswa S1. “Karena memang dari 200 delegasi presenter yang hadir dalam simposium internasional tersebut kebanyakan adalah dosen dan praktisi, dimana rata-rata mereka sudah bergelar master dan doktor. Sehingga dalam simposium internasional ke-13 tersebut, tim UMY adalah satu-satunya kampus, dari lebih 50 kampus se-ASEAN yang hadir dengan delegasi dari mahasiswa S1,” ungkapnya.

Adapun delegasi UMY yang ikut berpartisipasi dalam simposium internasional tersebut adalah satu orang dosen dari Prodi Ilmu Ekonomi, Dimas Bagus Wiranatakusuma, dan 8 orang mahasiswa S1, diantaranya Sumandi (Prodi Ilmu Ekonomi 2013), Alif Supriyanto (Prodi Manajemen 2014), Nida’ Al Ulfah Untoro (Ilmu Ekonomi 2014), Alfina Rahmatia (IPIEF 2013), Farhan Fabila (IPIEF 2014), Heni Rahmawati (IPIEF 2014), Mia Rosmiati (IGOV 2015), dan Rezky Izzati Afiah Rahman (Prodi Teknologi Informasi 2013). Kesembilan delegasi UMY tersebut terbagi dalam tiga tim atau papers yang bertugas untuk menyampaikan hasil penelitian dan gagasannya pada simposium ekonomi internasional tersebut.-