Berita

Di Indonesia, Financial Technology Juga Hadir Untuk Rakyat Kecil

“Usaha Mikro, Kecil dan Menengah Terbukti efektif menopang daya tahan perekonomian bangsa ini. Oleh sebab itu, Negara mendukung mereka untuk ikut menjadi pemain dengan dibekali pengetahuan fintech dalam menghadapi era industri 4.0,” ungkap Prof. Dr. Mardiasmo, MBA., CfrA., Ak., CA. Wakil Menteri Keuangan Republik Indonesia.

Menurutnya hingga saat ini negara masih berusaha memaksimalkan pemerataan ekonomi bangsa, salah satunya adalah dengan cara memberikan pengetahuan serta suntikan dana mengenai Financial Technology (Fintech) kepada Usaha Mikro, Kecil dan menengah (UMKM). Namun yang masih menjadi permasalahan pemerataan ekonomi di Indonesia saat ini adalah anggapan bahwa fintech hanya ditujukan pada konglomerat atau pengusaha bermodal besar. Akibatnya rakyat yang kecil menjadi semakin kecil dan konglomerat semakin mapan dengan bisnisnya yang lebih mungkin untuk bertahan di era industri 4.0 saat ini.

“Di era industry 4.0 fintech harus kita arahkan ke UMKM bukan cuma konglomerat dengan modal besar, ini yang membuat ketimpangan ekonomi, yang mapan terus mapan, yang kecil sulit bertahan,” jelas Mardiasmo dalam keynote speech di Seminar Nasional dalam rangka Launching Program Studi Doktor Manajemen program Pasca Sarjana Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. Dengan mengangkat tema Mengoptimalkan Potensi Indonesia Menghadapi Era Revolusi Industri 4.0 di gedung Ar Fachrudin A Lt.5 pada Sabtu (26/1).

Menurut Data Kementerian Keuangan Indonesia ada 23.864 usaha mikro, 2.399 usaha kecil dan 412 ribu usaha Menengah yang menjadi basis terbesar serta terbukti efektif menompang perekonomian di Indonesia. Mengenai hal tersebut Mardiasmo mengatakan UMKM berperan strategis, dengan menjadi pemeran utama dalam kegiatan ekonomi di berbagai sektor, penyedia lapangan pekerjaan yang terbesar, pemain penting dalam pengembangan kegiatan ekonomi lokal dan pemberdayaan masyarakat, pencipta pasar baru dan sumber inovasi, serta berperan dalam menjaga neraca pembayaran melalui kegiatan ekspor.

“UMKM dapat menjadi penggerak perekonomian dan sumber pertumbuhan ekonomi yang inklusif, mempunyai peluang potensi luar biasa untuk mendukung perekonomian Indonesia,” ungkap Mardiasmo lagi.

Oleh karena itu permasalahan tersebut menjadi tantangan bagi seluruh elemen masyarakat Indonesia termasuk perguruan tinggi. Dengan hadirnya program studi doktor managemen di UMY, mardiasmo berpesan bahwa UMY harus berbeda dengan program doktor universitas lain dengan menghasilkan lulusan yang terbaik, juga merakyat sebagai rahmatan lil alamin. “Muhammadiyah banyak melahirkan putra dan putri terbaik untuk Indonesia. Saya harap program S3 Manajemen yang baru ini juga serupa, Islam sebagai rahmatan lil alamin menjadi hal yang harus diterapkan agar lulusan S3 UMY ini berbeda, dapat memberikan solusi untuk kesejahteraan masyarakat,” jelasnya.

Sementara itu Rektor UMY Dr. Ir. Gunawan Budiyanto mengatakan, Program Doktor Manajemen di UMY ini merupakan yang pertama dari 47 universitas Muhammadiyah. Sebagai bentuk rasa syukur Program Doktor S3 Manajemen akan menyuguhkan hal baru dengan membentuk tim Quality assurance yang akan menjamin kualitas program dan lulusan. “Di usia UMY yang baru menginjak 38 tahun, adanya program ini merupakan salah satu lompatan yang besar, saya harap S3 Manajemen akan melahirkan lulusan yang bermanfaat bagi masyarakat dan memunculkan banyak pemikir ekonomi untuk bangsa,” ungkapnya. (Pras)