Sebagai penyebab kedua terbesar kematian anak, kejadian kasus diare di Indonesia dinilai masih tinggi. Oleh karenanya, pencegahan penyakit ini perlu diupayakan oleh masyarakat terutama bagi keluarga yang memiliki anak usia dibawah lima tahun. Salah satu cara alami dan menjadi orbat herbal yang dapat mengurangi tingginya kasus ini adalah dengan memberikan perasan air sawo mentah kepada penderita diare.
Hal tersebut disampaikan Mahasiswi Jurusan Ilmu Keperawatan, Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan- Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (FKIK-UMY), Irna Kartina, saat memaparkan hasil penelitiannya yang diikutsertakan dalam the 2nd International Nursing Student Forum yang bertemakan “Nursing Challenges in the Global Society”. Forum yang diikuti sekitar 200 mahasiswa Keperawatan dari Negara Asia dan Belanda selama sepekan sejak 13 Mei 2010 tersebut digelar di Khon Kaen University, Thailand.
Dalam presentasinya yang mengantarkannya sebagai The Best Oral presenter, Irna mengungkapkan kasus diare masih menjadi penyebab terbesar kematian anak di dunia yang membuat 1,8 juta orang didunia meninggal, dimana sebagian besar dari mereka adalah anak dengan usia dibawah lima tahun. “Di Indonesia sendiri, kasus diare merupakan penyebab kedua terbesar kematian anak setelah kasus malnutrisi dengan total kematiannya mencapai 31,4%,” jelasnya di Kampus Terpadu UMY, Jumat (21/5).
Menurutnya, penyakit diare terjadi karena beberapa hal, antara lain kejadian non infeksi maupun infeksi. “Dalam kejadian non infeksi, seseorang biasanya menderita diare dimungkinkan karena alergi makanan atau laktosa seperti susu misalnya. Sedangkan kejadian infeksi, dapat disebabkan karena adanya makanan yang dikonsumsi seseorang tersebut terkontaminasi dengan bakteri penyebab diare,” terang Irna.
Irna menambahkan dengan kejadian tersebut, maka seseorang akan mengalami percepatan gerakan usus yang bisa membentuk feses lebih cepat sehingga kasus diare pun kemudian muncul. “Selain itu, adanya tekanan osmotik tubuh yang berkurang dan menjadikan air keluar bersama sisa makanan juga membuat seseorang menjadi diare,” urainya.
Air perasan sawo mentah yang mengandung senyawa astringen inilah yang ternyata melemahkan bakteri penyebab diare. “Senyawa Astringen dalam Air perasan sawo mentah juga terbukti bisa mengurangi frekuensi dan durasi penyakit diare karena senyawa tersebut mampu memperlambat gerakan usus dalam mencerna makanan. Saat seseorang terserang diare, gerakan usus sangat cepat dan inilah yang menjadikan diare,” imbuh Irna.
Penelitian Irna menghasilkan kesimpulan jika seseorang yang terserang diare diberikan air perasan sawo mentah, maka hal ini akan efektif dalam mengurangi frekuensi diare. “Dengan minum air itu, seseorang akan mendapatkan dua jam lebih cepat mengurangi diare dibanding penderita yang minum obat diare kimia. Air perasan tersebut juga mampu mengurangi terjadinya kejadian diare tiga jam lebih cepat dibanding penderita diare yang tidak minum obat diare kimia sama sekali,” ungkapnya.
Disinggung mengenai ketertarikannya dalam meneliti air perasan sawo mentah tersebut, Irna menjelaskan bahwa cara tersebut sebenarnya merupakan kebiasaan dari tanah kelahirannya di Sumbawa. “Di Sumbawa, setiap anak yang menderita diare pasti diberi air tersebut, namun saat ini belum ada alasan ilmiah mengapa air perasan tersebut efektif dalam mengurangi kasus diare. Oleh karenanya, saya tertarik meneliti hal tersebut dan hasilnya pun memang ada senyawa di sawo mentah yang mampu mengurangi kejadian diare,” tuturnya.
Irna berharap, dengan penelitian tersebut, Perawat mampu berperan dalam mengupayakan pencegahan dan perawatan sebelum tindakan medis di rumah sakit (pre-hospital treatment). “Semoga penelitian ini berguna terutama bagi masyarakat di daerah terpencil yang mungkin akses ke rumah sakit atau puskesmas masih sulit dijangkau dengan cepat. Relatif mudahnya menanam dan mendapatkan sawo mentah juga diharapkan mampu menjadi alternatif masyarakat dalam memanfaatkan lingkungan sebagai pengobatan herbal yang lebih alami,” tandasnya.