Berita

Dibutuhkan Gelora Semangat Perubahan Pemuda Indonesia dalam Menghadapi Tantangan Global

Kondisi pemuda Indonesia saat ini sarat dibayangi oleh tantangan globalisasi, dimana saingan antar masyarakat, khususnya pemuda Indonesia bukanlah lagi hanya dalam lingkup antar masyarakat Indonesia saja, melainkan persaingan antar negara lain juga menjadi tantangan pemuda Indonesia. Terlebih, pada akhir tahun yang akan datang kita akan menghadapi Masyarakat Ekonomi Asean (MEA), tantangan masyarakat Indonesia, khususnya pemuda Indonesia akan diperlihatkan keeksistensiannya dalam menghadapi MEA tersebut. Sejalan dengan memperingati hari Sumpah Pemuda Indonesia yang jatuh pada tanggal 28 Oktober 2015, dirasa pemuda Indonesia butuh untuk merefleksikan diri dan juga memperisapkan misi-misi dalam menghadapi persaingan globalisasi. Hal tersebut diungkapkan Mohammad Ichsan, selaku alumni mahasiswa Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY) dan juga penerima beasiswa LPDP (Lembaga Pengelola Dana Pendidikan), dalam diskusi terbatas di Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY) pada Selasa (27/10).

Terlepas dari persiapan pemuda Indonesia dalam menghadapi tantangan globalisasi, Ichsan menambahkan bahwa dibutuhkan juga pengilhaman dan rasa cinta tanah air, karena jika melihat kondisi pemuda Indonesia saat ini, dirasa masih kurang dalam memaknai nilai-nilai luhur Indonesia. “Saat ini rasa cinta tanah air pemuda Indonesia terhadap bangsa sendiri masih sangat minim, pemaknaan nilai-nilai luhur seakan luntur karena masuknya nilai-nilai kebangsaan negara lain dengan cepat ke Indonesia, sehingga pemaknaan dalam hal cinta tanah air tergantikan dengan masuknya kultur budaya asing ke Indonesia,” ungkap Ichsan.

Ichsan mengungkapkan terdapat tiga cara yang dapat dilakukan oleh pemuda Indonesia saat ini dalam memaknai rasa cinta tanah air dan juga memunculkan semangat perubahan bagi bangsa Indonesia dalam menghadapi tantangan global, yaitu sadar, belajar, dan juga turun tangan. “Sadar yang diartikan di sini yaitu dibutuhkan penyadaran yang dimulai dari diri sendiri untuk bangkit dari keterpurukan dari berbagai hal, seperti pendidikan, ekonomi, maupun sosial budaya. Selain itu pemuda Indonesia juga harus sadar, dahulu pejuang Indonesia membutuhkan bambu runcing untuk melawan penjajah, sekarang pemuda Indonesia memiliki teknologi yang canggih, salah satunya yaitu media sosial yang dapat dijadikan pemuda Indonesia untuk mengajak seluruh lapisan masyarakat sama-sama berjuang dalam membawa perubahan bagi bangsa, dan yang terakhir yaitu turun tangan atau aksi nyata, dimana action atau tindakan langsung diperlukan untuk mewujudkan kedua-duanya,” tambah Ichsan.

Hal senada juga disampaikan oleh Kepala Urusan Mahasiswa Internasional UMY, Idham Badruzaman, S.IP, M.A. Menurutnya, hari Sumpah Pemuda yang jatuh pada tanggal 28 Oktober bukan sembarang hari. Karena ada beberapa tantangan yang akan dihadapi oleh pemuda dan pemudi Indonesia. Tentu ini menjadi tugas yang amat berat bagi pemuda untuk bisa maju dan berkembang di dunia globalisasi ini. “Ada 3 tantangan yang akan dihadapi oleh pemuda dan pemudi Indonesia antara lain, menyongsong MEA, menjadi future leader, dan memiliki pengaruh global. Ketiganya harus mutlak dimiliki setiap insan pemuda indonesia, “ jelasnya.

Idham memberikan contoh pertama kali dengan akan diadakannya MEA. MEA ini menurutnya merupakan peringatan kepada pemuda agar bisa mengambil peran dalam kancah ASEAN yang sebentar lagi akan diberlakukan di akhir tahun ini. “Kedua, pemuda adalah future leader, para pemuda Indonesia harus banyak belajar dari banyak hal dan dari mana pun untuk kemudian menjadi pemimpin yang baik dan menjadi pemimpin yang berwawasan global. Pemuda harus banyak melihat contoh-contoh dan mempersiapkan diri. Karena, mau tidak mau, pada saatnya nanti mereka akan memimpin bangsa ini dengan posisi-posisi tertentu, mereka juga yang akan menentukan kemana bangsa ini akan dijalankan atau dibawa. Ketiga, pada pengaruh global, pemuda indonesia saat ini mendapat tantangan yang cukup serius dari pengaruh-pengaruh global,” terangnya.

Idham melanjutkan, apalagi saat ini ditentukan dan didukung oleh teknologi, moderanitas yang sangat tinggi, dunia internet yang sudah sedemikan rupa. Bahkan budaya bebas keluar masuk dengan sangat cepat dalam hitungan menit bahkan detik ke tangan beberapa pemuda yang ada di Indonesia. “Jika, pemuda kita tidak cukup kuat untuk bisa mensharing mengfilter pengaruh-pengaruh itu maka pemuda kita akan hanya ikut-ikutan saja dan mudah terpengaruh oleh budaya yang masuk. Ini jelas akan mempengaruhi kualitas pemuda kita nanti dan juga akan mempengaruhi bagaimana pemimpin kita di masa mendatang,“ lanjutnya.

Idham kembali menambahkan, pemuda Indonesia saat ini sudah mulai banyak turun tangan dan sudah mulai tergerak untuk tidak berdiam diri ketika ada konflik di sekitarnya. “Sekarang kita punya rasa memiliki terhadap masalah-masalah yang ada di sekitar kita dan itu perlu dibudayakan oleh pemuda kita. Karena mereka memiliki kreativitas yang cukup tinggi dibandingkan generasi yang sudah berumur. Mereka ini luar biasa, karena memiliki energi yang sangat besar sehingga daya kreatifitasnya ini bisa digunakan sebaik mungkin untuk kemudian turun tangan dan bisa terlibat pada masalah yang ada. Selama ini kita merasa masalah yang ada bukan urusan kita, karena sudah ada orang yang menanganinya, seperti instansi terkait yang sudah bertanggung jawab. Sekarang kita sudah mulai move on, bahwa kita bisa melakukannya dan terlibat untuk menyelesaikan permasalahan yang ada, “ paparnya.

Seorang pemuda adalah orang yang tidak ragu untuk melangkahkan kakinya mengarungi samudra untuk menambah wawasan internasional. Tetapi yang perlu diingat dalam mengaplikasikan sumpah pemuda juga tidak boleh lupa Indonesia. “Kita harus mempopulerkan istilah Indonesia. Satu contoh kecil adalah penggunaan bahasa Indonesia. Kita selama ini sudah sangat yakin dan bangga dengan menggunakan bahasa inggris, itu memang prinsip globalisasi, tetapi itu belum mengambil prinsip ke Indonesiaan. Seharusnya kita bisa menggunakan bahasa inggris tapi kita bangga menggunakan bahasa Indonesia. Dengan begitu bangsa ini akan memiliki emas dan aset terbaik untuk membangun bangsa Indonesia, “ jelasnya.

Idham menuturkan lagi, pemuda harus tahu bagaiamana kapasitas dan potensi yang dimiliki oleh Indonesia. Tentu untuk melakukannya kita tidak sendirian perlu bersinergi dengan banyak pihak. Salah satunya adalah pemerintah, di mana pemerintah harus menanamkan rasa nasionalisme, tetapi juga dibarengi dengan rasa menghormati. “Ingat bangsa ini bukan bangsa yang homogen tapi heterogen, sehingga menghormati dan menghargai perbedaan yang itu juga mutlak dimiliki oleh pemuda. Jadilah juga pemuda yang berpendidikan, karena itu adalah kunci untuk bisa mengangkat derajat dan ekonomi, karena dengan ini kita mereka memiliki harga diri yang baik dan memiliki kehormatan. Sedangkan ekonomi adalah simbol kesejahteraan sebuah bangsa. Dan jangan sampai pemuda itu putus sekolah, yang kemudian tidak bisa banyak berkiprah,” tutupnya.