Berita

Diperlukan Kecerdasan Emosional dan Hati Dalam Bekerja

Kecerdasan emosioal dan hati diperlukan dalam bekerja. Terlebih untuk pekerjaan yang membutuhkan kerjasama dengan orang lain. Hal ini mengingat dalam bekerja seringkali bertemu dengan permasalahan emosional misalnya stress atau depresi akibat padatnya pekerjaan.

Demikian disampaikan Koordinator Sie Pedoman Hidup Islami (PHI) Panitia Otorita Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY), Syakir Jamaluddin, S.Ag., M.A., ketika menjelaskan pentingnya kecerdasan emosional dan kecerdasan hati dalam bekerja di Kampus Terpadu Minggu (4/9).

Menurutnya ketika seseorang tersebut memiliki kecerdasan emosional dan hati maka segalanya akan berjalan sesuai yang diinginkan. “Agar tidak merasa stress maupun depresi, satu sama lain harus saling mengingatkan dan menguatkan untuk menjalani pekerjaan hingga usai,”jelasnya.

Terkait dengan pelaksanaan Muktamar Seabad Muhammdiyah itu sendiri menurut Syakir, yang harus diingat dasar dalam bekerja melayani orang adalah dapat menyenangkan. “Dapat menyenangkan maksudnya menyenangkan orang lain, ketika orang lain senang kita juga pasti ikut senang. Dengan kata lain orang tersebut akan mendapat kesenangan baik dalam beribadah maupun bekerja,”urainya.

Syakir menambahkan, ketika seseorang tersebut dalam bekerja kemudian dapat melayani orang lain, kemudian orang tersebut puas dengan pelayanan pasti akan menyenangkan. “Menyenangkan orang lain itu nikmat, meskipun capek tapi nikmat,”tuturnya. Karena pada intinya ketika melayani dengan hati jatuhnya pasti akan ke hati, menyenangkan orang lain, kemudian orang lain senang pasti akan membahagiakan diri sendiri.

Untuk menumbuhkan sikap atau kecerdasan emosional dan hati dalam bekerja diperlukan banyaknya pengalaman berorganisasi. “Hal ini akan melatih sikap serta berbagai kemungkinan yang bisa saja terjadi kapanpun. Misalnya ketika pernah mengikuti suatu kegiatan, dalam kegiatan tersebut terdapat terjadi ketidaksopanan ketika menerima tamu undangan. Apa yang terjadi dalam peristiwa tersebut kemudian dapat dijadikan pelajaran pada penyelenggaraan kegiatan selanjutnya. Sehingga ketika melakukan kegiatan yang sama tidak akan terjadi seperti kesalahan semula,”urainya. Semakin banyak pengalaman berorganisasi yang diikuti pada akhirnya pengalaman kecerdasan emosional maupun hati juga terbentuk.

Selain itu juga perlu keikhlasan serta keimanan. “Sehingga disinilah peran PHI dalam penyelenggaraan Muktamar Muhammdiyah ini. Mengingatkan seluruh lapisan baik dari panitia, Muktamirin maupun penggembira untuk selalu berperilaku sesuai dengan pedoman Islam maupun keimanan. Sehingga baik kecerdasan emosional maupun hati juga terbentuk.”paparnya.

Berbagai kegiatan telah dilakukan oleh tim yang terdiri dari 14 orang ini. Mulai dari memberikan pelatihan, pembekalan, menata jama’ah di masjid, mapun mengisi kuliah subuh. Kami ada di seluruh tempat termasuk di ruang sidang muktamar,”pungkasnya.