Berita

DiploFest di UMY Bahas Isu Palestina dan Israel

Kementerian Luar Negeri Republik Indonesia bekerjasama dengan Program Studi Hubungan Internasional Universitas Muhammadiyah Yogyakarta mengadakan Kuliah Umum dengan mengangkat tema tentang Hubungan Luar Negeri Indonesia dan Kawasan Asia Pasifik Afrika (ASPASAF). Kegiatan yang merupakan bagian dari rangkaian acara Diplomasi Festival (DiploFest) 2018 ini diselenggarakan di Gd. Ibrahim E.6 Lt.5, Kampus Terpadu UMY, Kamis (25/10).

Pembicara dalam acara ini adalah Desra Percaya (Direktur Jenderal Asia Pasifik dan Afrika Kemlu RI) dan Ali Muhammad, Ph.D. (Direktur Pusat Studi ASEAN UMY). Fokus utama diskusi pada acara ini adalah mengenai isu konflik yang terjadi antara Palestina dan Israel yang seakan tak berujung, serta bagaimana hubungan Indonesia dan upaya solusi yang sudah diberikan untuk mewujudkan perdamaian.

Ali Muhammad menjelaskan, konflik yang sudah berkepanjangan antara Palestina dan Israel masih belum juga menemui titik terangnya. Dalam hal ini bangsa Palestina menjadi korban atas penjajahan yang dilakukan Israel. Banyak korban berjatuhan mulai dari warga sipil, wanita dan juga anak-anak. Konflik itu telah mendapatkan perhatian dunia karena telah merusak arti Hak Asasi Manusia (HAM) dan mencederai tujuan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB). Indonesia sendiri sejauh ini terus mengupayakan kemerdekaan Palestina dan solusi perdamaian antara kedua negara yang berkonflik, meski sebenarnya banyak tantangan terutama Amerika Serikat yang selalu memberikan dukungan untuk Israel.

Ali juga menjelaskan sejarah tentang bagaimana konflik itu bisa terjadi. Wilayah Palestina sudah mulai berkurang sejak tahun 1947, hingga kini mereka hampir terusir dari tanah leluhur mereka sendiri. “Israel merasa bahwa Jerusalem atau tanah Palestina adalah tempat yang sudah dijanjikan dan diperuntukkan untuk mereka pada 2000 tahun yang lalu menurut kepercayaan yang mereka yakini. Sehingga mereka memperjuangkan segala hal untuk mendapatkan haknya,” kata Ali.

Sementara itu, Desra Percaya menjelaskan bahwa sebagai negara yang peduli akan HAM, Indonesia membuat strategi dukungan yang dalam hal ini ingin memperjuangkan kemerdekaan Palestina, dan sejak awal sudah mengakui kedaulatan mereka. Dukungan yang diberikan mulai dari sisi Politik, Ekonomi, dan Capacity Building. Contohnya pembangunan rumah sakit di Al Shifa Gaza dan Hebron, pemberlakuan pajak 0 persen kepada produk Palestina yang masuk ke Indonesia yakni minyak zaitun dan kurma, serta beberapa bantuan kemanusiaan yang hingga kini terus diberikan.

“Jangan tanyakan bagaimana dukungan Indonesia untuk Palestina. Strategi dukungan Indonesia kepada Palestina adalah dengan mendukung terbentuknya negara Palestina sebagai negara merdeka. Tidak membuka hubungan diplomatik dengan Israel, dukungan multilateral agar status Palestina sebagai negara mendapatkan pengakuan penuh oleh dunia dan masyarakat Internasional,” ujar Desra.

Di akhir diskusi, Desra Percaya berpesan kepada Mahasiswa HI UMY yang tertarik mengangkat isu ini sebagai bahan thesis/skripsi harus memperhatikan tiga hal penting. “Saran saya lihatlah selalu pada 3 level analisis yang berbeda yaitu domestik, regional dan global. Isu Palestina itu semuanya ada di situ,” tutupnya. (Habibi)