Berita

Disruptive Innovation Bisa Jadi Peluang Potensial

Program Studi Manajemen Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB) Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY) sukses meneyelanggarakan The 4th International Conference of Management Sciences (ICoMS 2018) pad hari Rabu (28/3) di Ruang Sidang gedung AR Fachrudin B. Konferensi yang mengangkat isu disruptive innovation dalam dunia bisnis modern tersebut diselenggarakan atas kerjasama dengan Tamkang University, Taiwan, Universiti Sains Malaysia, dan Khon Khaen University, Thailand.

Prof. Shu Hsien Liao dari Tamkang University menyebutkan bahwa secara umum inovasi merupakan cara untuk mendapatkan hasil yang lebih baik dan terbaru. “Inovasi biasanya dipandang sebagai cara untuk mengaplikasikan solusi yang lebih baik untuk mendapatkan hasil yang lebih optimal dibandingkan sebelumnya. Secara umum inovasi dapat dibagi menjadi 3; incremental innovation yaitu memperbaiki cara yang sudah ada; radical innovation, dengan menghadirkan produk, proses, atau service yang menggantikan produk yang lama; dan disruptive innovation yaitu alternatif rendah-biaya yang dapat mempengaruhi industri lainnya,” ujar Shu selaku salah seorang keynote speaker.

Shu menjelaskan bahwa meski disruptive innovation berpotensi mengganggu pasar dan jaringan yang sudah ada, namun tidak serta merta merugikan. “Disruptive Innovation sendiri merupakan penggambaran dari proses yang memunculkan suatu produk atau jasa baru yang kemudian mampu mengganggu atau mengubah status pasar yang kemudian berpotensi untuk menggeser posisi pemain yang sudah mapan. Dalam dunia bisnis dan manajemen inovasi ini umumnya melibatkan teknologi dan dilakukan oleh pihak yang berada di luar pasar atau entrepreneur yang mencoba untuk menemukan solusi yang dinilai lebih baik ketimbang yang sudah ada saat ini. Misalnya pada kasus di Indonesia adalah tingginya pamor aplikasi ride-hailing service seperti Uber atau Gojek,” paparnya.

Potensi untuk mengubah disruptive innovation menjadi kesempatan baru juga disetujui oleh pembicara lain, Dr. Syadiyah Abdul Shukor dari Universiti Sains Malaysia. “Dalam banyak disruptive innovation dipandang sebagai sebuah ancaman, padahal ini bisa dimanfaatkan oleh aktor dalam pasar untuk menemukan kesempatan untuk semakin tumbuh,” ujarnya.

“Ini bisa dilakukan misalnya mengidentifikasi inovasi tersebut melalui berbagai prespektif; internal, dengan mengadopsi model bisnis yang tepat agar dapat beradaptasi; eksternal, dengan melakukan pertimbangan konteks dan lingkunagn pasar; pemasaran, dengan menganalisa orientasi pelanggan terhadap perubahan yang timbul; dan menerapkan strategi teknologi yang tepat untuk mengakomodasi disruptive innovation tersebut,” jelas Syadiyah. (raditia)