Jika kita lihat sejarah dari beberapa negara Asean, Indonesia merupakan bangsa yang menjadi pelopor bagi yang lainnya. Bahkan Malaysia asalnya dari Riau, pemandu wisatanya mengakui itu. Yang perlu kita lakukan adalah meningkatkan kinerja dan semangat cinta tanah air.
Himbauan tersebut disampaikan oleh Jend. (Purn) Djoko Santoso, dalam acara seminar “Pemimpin Untuk Membangun Peradaban Indonesia Baru”. Yang diselenggarakan oleh Magister Ilmu Pemerintahan UMY di gedung AR. Fachruddin A UMY, Kamis (27/3/2014).
Selain itu, untuk mencapai peradaban Indonesia baru dan bisa menjadi pusat peradaban ASEAN, menurut Djoko Indonesia juga harus memiliki pemimpin yang berkarakter. Dibutuhkan pula pemimpin yang transformatif, adil dan memiliki tujuan untuk menyejahterakan masyarakat. “Rakyat sejahtera, itu tandanya negara kuat. Kita harus menjadi negara kuat, kalau tidak kita akan ketinggalan oleh negara tetangga,” ungkapnya.
Djoko mengatakan, untuk menjadi negara kuat Indonesia perlu memperhatikan pertanian dan kelautan. Karena pada dasarnya Indonesia adalah negara maritim. “Indonesia harus memantapkan pertanian dan mengembangkan kelautan. Karena Indonesia terdiri dari tanah dan air, yaitu kaya akan manfaat tanah dan kaya manfaat air,” jelasnya.
Di samping itu, sebagai negara yang maritim, Djoko menilai pemimpin Indonesia juga harus memperhatikan masalah kepulauan. Terutama alokasi dana pemerintahan untuk mengembangkan infrastruktur. “Masalah kepulauan ataupun masalah perbatasan harus menjadi perhatian pemerintah. Terutama sekali menjaga keamanan dan kepentingan nasional Indonesia,” ungkapnya.
Djoko juga menjelaskan, untuk mencapai peradaban Indonesia baru dalam hal ekonomi, purnawirawan ini menyarankan Indonesia menganut ekonomi syari’ah. Karena itu salah satu alternatif yang terbaik. “Terobosan abad ini untuk bidang ekonomi adalah ekonomi syari’ah. Kita harus bisa menggunakan sistem ini dan kita sesuaikan dengan Indonesia,” jelasnya.
Selain itu Djoko menjelaskan, untuk mencapai Indonesia baru, Politik harus berdaulat, ekonomi harus berdikari, dan budaya harus menjadi kepribadian. “Itu semua sudah dirumuskan oleh pendiri bangsa Indonesia,” jelasnya. (syah)