Sebagai negara yang rawan terhadap bencana, kebutuhan akan fasilitator penanggulangan bencana mesti digalakkan. Selain itu, sudah saatnya bagi Indonesia untuk semakin meningkatkan jumlah Rumah Sakit Aman Bencana (RSAB). Hal tersebut dilakukan agar manajemen penanggulangan bencana di Indonesia bisa semakin baik.
Karena itulah, sudah saatnya pula bagi dokter-dokter baru di Indonesia, khususnya alumnus Pendidikan Dokter Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY) agar siap menjadi fasilitator penanggulangan bencana. Hal ini sebagaimana disampaikan oleh dr. Tri Yunanto Arliono, Sp. EM selaku fasilitator nasional RSAB, saat ditemui pada Rabu (11/1) di IGD RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta. Apalagi menurutnya, Muhammadiyah saat ini juga telah memiliki beberapa RSAB yang selalu siap terhadap bencana.
Menurut dokter yang akrab disapa dr. Anang ini, RSAB menjadi rumah sakit rujukan saat terjadinya bencana. Hingga saat ini, rumah sakit di Indonesia yang sudah menerapkan RSAB ini adalah RS Muhammadiyah Lamongan, RS PKU Gresik, RSI Jakarta Pondok Kopi, dan RS Aisyiyah Malang. “Penerapan RSAB ini dilakukan berdasarkan salah satu mandat Muktamar Muhammadiyah ke-47 yang dilaksanakan di Makassar. Dari mandat tersebut, baru empat rumah sakit yang menerapkan RSAB. Namun kami juga berharap agar semua rumah sakit Muhammadiyah, bahkan RS pemerintah dan swasta lainnya juga bisa menerapkan RSAB ini. Mengingat semua stake holder dalam rumah sakit tersebut juga memiliki peran penting dalam penanggulangan bencana,” ungkapnya.
Seperti sumber daya manusia yang berada di rumah sakit, lanjut dr. Anang, juga memiliki peran dalam penanggulangan bencana dan penerapan sistem RSAB. “Sumber daya manusia seperti dokter, perawat, ahli gizi, apoteker, bidan, satpam dan lainnya, yang ada di rumah sakit tersebut bisa menjadi fasilitator dalam penanggulangan bencana. Selain dari organisasi, kepemimpinan, jaringan, akses dan pelayanan, mereka (sdm, red) juga bisa menjadi fasilitator bencana. Tentunya mereka juga sudah mendapatkan pelatihan khusus sebagai fasilitator penanggulangan bencana. Di sinilah para dokter lulusan UMY yang akan dilantik pada 12 Januari 2017 ini, diharapkan pula bisa melaksanakan mandat Muktamar Muhammadiyah ke-47 tersebut. Sebagai dokter yang masih fresh dengan semangat tinggi, harus bisa menguasai penanggulangan bencana ini,” paparnya.
Hal senada juga disampaikan dr. Aziz selaku calon fasilitator nasional RSAB. “Sebagai gate keeper, kita para dokter tidak boleh tidak siap saat bencana datang. Sudah saatnya bagi para dokter baru UMY ini untuk segera mempersiapkan diri menjadi fasilitator penanggulangan bencana. Agar ketika bencana terjadi, mereka sudah siap untuk menanggulangi dan membantu korban bencana,” imbuhnya.
Adapun dokter baru UMY yang akan diambil sumpahnya pada hari ini, Kamis (12/1) berjumlah 35 mahasiswa, dan dilantik langsung oleh dr. H. Ardi Pramono, Sp.An., M.Kes, selaku Dekan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan (FKIK) UMY. Sumpah Dokter yang ke-52 ini juga akan digelar di Convention Hall lantai 4, Gedung OSCE RS PKU Muhammadiyah Gamping, Yogyakarta. Dengan demikian hingga saat ini FKIK UMY telah meluluskan kurang lebih 2.381 dokter yang tersebar di seluruh Indonesia.