Seorang dokter harus berkompeten dalam melaksanakan profesinya. Profesi dokter tidak sekedar menjadi agent of treatment tetapi juga sebagai agen sosial. Dokter tidak hanya menyembuhkan penyakit tetapi juga melakukan edukasi kepada masyarakat.
Demikian disampaikan Dekan Fakultas Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan- Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (FKIK-UMY), Dr. Erwin Santosa, Sp. A, M.Kes saat Sumpah Dokter Periode XXVII di Sportorium, Sabtu (22/5).
Menurutnya, berbagai penyakit akan berkorelasi atau berhubungan dengan masalah sosial. “Misalnya, orang kena penyakit gatal-gatal karena tidak menjaga kebersihan. Fungsi dokter selain memberikan obat untuk kesembuhan pasien juga harus memberikan edukasi atau penyuluhan mengenai pentingnya menjaga kebersihan. Sehingga masyarakat juga paham akan pentingnya menjaga kebersihan,”urainya.
Untuk itu seorang dokter harus berkompeten. Seorang dokter yang berkompeten dalam pemaparannya harus memiliki berbagai kemampuan. “Dokter harus memiliki ketrampilan efektif maupun klinis. Memiliki landasan ilmu kedokteran, memiliki kemampuan dalam pengelolaan masalah kesehatan, pengelolaan informasi, kemampuan mawas diri dan pengembangan. Kemampuan etika, moral, mediko legal atau hukum kedokteran, profesionalisme serta keselamatan pasien.” jelasnya.
Erwin menambahkan dalam menghadapi era globalisasi dan visi Indonesia Sehat 2010, maka institusi kedokteran Indonesia dituntut untuk mneghasilkan lulusan dokter umum dengan pendekatan dokter keluarga dengan kompetensi sesuai Standar Pendidikan Dokter Indonesia dan Standar Kompetensi Dokter.
“Dalam mempersiapkan lulusan dokter yang sesuai standar tersebut, maka salah satu program profesi pendidikan dokter UMY adalah diadakannya program stase komprehensif bagi calon lulusan dokter baru setelah mereka menempuh kepaniteraan klinik. Program ini akan mempersiapkan dan membekali mereka bagaimana menjadi seorang dokter umum dengan pendekatan dokter keluarga,” tutur Erwin.
Seorang dokter umum dengan pendekatan dokter keluarga tersebut merupakan bagian dari Sistem Jaminan Kesehatan Nasional. “Saat ini dokter keluarga belum merata, jika sudah merata maka rakyat kecil makin mudah untuk mendapatkan layanan kesehatan,” jelasnya.
Dalam pelantikan dokter ini, perwakilan dokter baru, dr. Anwarusysyamsi Al-Farozy mengungkapkan selama menuntut ilmu dan ditempatkan di rumah sakit homebase kerjasama, mereka tidak hanya diajarkan dengan melihat dan mendengar, namun juga diarahkan untuk melakukan tindakan medis sehingga kemampuan tersebut menjadi terbina. “Dengan pelantikan dokter baru bukan berarti tugas kami selesai, akan tetapi inilah awal perjalanan kami dalam mengabdi di masyarakat. Ilmu dan kemampuan yang kami miliki sekarang juga bukan akhir dari pembelajaran kami. Lebih dari itu, kami tetap harus mengembangkan potensi dan keterampilan kami karena pendidikan dokter merupakan long life education atau pendidikan yang berkesinambungan,” urainya.
Dalam pengambilan sumpah dokter tersebut, FKIK melantik sebanyak 136 dokter dengan tiga lulusan terbaik yaitu dr. Solichati Fatonah dengan Indek Prestasi Kumulatif (IPK) 3,67, dr. Muhammad Miftahuddin dengan IPK 3,66 serta dr. Rizki Anindita dengan IPK 3,58.
Selain itu 23 dari 136 dokter tersebut juga mengikuti kuliah Magister Manajemen Rumah Sakit (MMR)-FKIK UMY. Kuliah di MMR untuk menghasilkan profesi dokter yang lebih paham mengenai kemampuan manajerial. “Saat ini dokter dengan kemampuan manajerial semakin dibutuhkan. Dalam pengambilan sumpah dokter kali ini empat dari 23 dokter yang mengikuti MMR juga telah lulus. Diharapkan lulusan yang telah mengikuti MMR dapat memenuhi kebutuhan dokter dengan kemampuan manajerial,”tandasnya.