Muhammadiyah dan politik merupakan dua hal yang seringkali berhubungan, lahirnya organisasi tersebut juga berkaitan dengan dinamika politik yang terjadi saat itu. Dengan dakwah sebagai corongnya, Muhammadiyah seringkali bersentuhan dengan realita politik dalam menyampaikan dan mengimplementasikan syiar nilai Islam yang diperjuangkan. Berdasarkan fakta tersebut Andy Dermawan mengajukan sebuah disertasi dengan judul Perilaku Politik Elite Muhammadiyah Pada Pemilukada 2013 Kabupaten Temanggung Jawa Tengah. Karya penelitian tersebut menjalani sidang terbuka untuk Program Doktor Politik Islam pada hari Sabtu (22/9) di Gedung Kasman Singdimedjo kampus Terpadu Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY).
Andy menyampaikan bahwa objek penelitiannya adalah pasangan calon yang diusung oleh Partai Amanat Nasional yaitu Anif Punto dan Budidoyo. “Visi dan misi dari paslon tersebut menjadi objek yang diteliti dalam disertasi ini. Paslon ini melakukan perilaku politik aktif, dimana mereka sendiri terlibat aktif dalam kegiatan pemenangan dan meyakinkan masyarakat bahwa mereka yang paling mampu menjalankan kepentingan masyarakat Temanggung,” ujarnya
Andy menyebutkan bahwa alasannya mengangkat fenomena Pemilukada di Temanggung adalah karena ada anomali yang terjadi di Tempat Pengambilan Suara di wilayah Kauman, Temanggung. “TPS 4 dan 6 yang menjadi salah satu objek penelitian terletak di wilayah Kauman, yang notabene merupakan basis dari masyarakat Muhammadiyah. Namun menurut data yang didapatkan ternyata di TPS 4 juga mendapatkan banyak suara dari warga non Muhammadiyah dan menyumbangkan cukup besar suara. Pemberi suara di kedua TPS tersebut dari latar belakang yang beragam mulai dari elite politik, birokrat, wira swasta, hingga tokoh masyarakat di wilayah Kauman,” ungkapnya.
Andy menyimpulkan bahwa ada faktor yang mendorong masyarakat untuk memilih Anif Punto. “Berdasarkan hasil penelitian, alasan yang paling mendasari pemilih untuk memberikan suara kepada Anif Punto adalah faktor rasional. Pemilih menilai bahwa paslon tersebut bisa menjaga etika dan moralitas yang menjadi karakter dari seorang pemimpin. Janji yang diberikan oleh paslon tersebut dinilai dapat memberikan manfaat paling besar bagi pembangunan dan kesejahteraan masyarakat Temanggung, misal dengan pencanangan pembangunan dari Hulu ke Hilir,” jelasnya.
Namun demikian paslon tersebut tidak dapat memenangkan Pemilukada 2013. Andy menyebutkan hal ini karena masyarakat Temanggung memiliki budaya patronase yang cukup kuat. “Selepas masa studinya, Anif Punto tidak segera kembali ke Temanggung namun berdiam di Jakarta untuk berkarir di bidang jurnalisitik. Ini dianggap oleh sebagian masyarakat Temanggung bahwa Anif kurang bisa merangkul seluruh masyrakatnya,” tutup Andy.