Berita

Doktor UMY Teliti Kontribusi Gurindam Dua Belas Dalam Psikologi Pendidikan Islam

Indonesia memiliki banyak nilai kebudayaan lokal yang sarat dengan kebaikan dan sangat dekat dengan masyarakat sejak lama, salah satunya adalah kebudayaan Melayu yang cukup familiar di kalangan masyarakat Indonesia. Melalui interaksi positif antara kebudayaan Melayu dengan Islam menjadikannya banyak terpengaruh dan mengadopsi nilai-nilai Islam. Hal tersebut dapat diamati misalnya pada karya seni Gurindam Dua Belas karya Raja Ali Haji, seorang ulama, sejarawan, dan pujangga abad 19 keturunan Bugis dan Melayu. Oleh masyarakat Melayu, karya seni tersebut seringkali menjadi landasan dalam berkehidupan.

Karya seni tersebut menjadi objek penelitian disertasi oleh Nurliana, mahasiswa program pascasarjana Psikologi Pendidikan Islam (PPI) Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY) dengan judul ‘Nilai Psikologi Pendidikan Islam Dalam Naskah Gurindam Dua Belas Gubahan Raja Ali Haji’. Dalam sidang terbuka pada hari Senin (17/9) di Ruang Amfiteater gedung Kasman Singodimedjo, Nurliana menyebutkan bahwa gurindam tersebut merupakan salah satu bentuk dakwah. “Ada 3 aspek yang menjadikan gurindam karya Raja Ali Haji serupa dengan dakwah yang dilakukan oleh Rasulullah shalallahu alayhi wassalam. Pertama dakwah bersifat retori atau tabligh, artinya sebatas menyampaikan pesan kepada manusia. Kemudian ini diikuti dengan aspek kedua dimana dakwah berusaha menanamkan nilai-nilai Islam dalam kehidupan masyarakat. Lalu yang ketiga adalah dakwah tersebut meliputi berbagai aspek kehidupan. Aspek ini yang kemudian juga ditemukan dalam 12 pasal yang ada dalam gurindam karya Raja Haji Ali,” ujarnya.

Nurliana menyampaikan bahwa pendidikan Islam memberikan bimbingan baik secara jasmani dan rohani berdasarkan ketentuan Islam. “Konsep pendidikan Islam adalah bahwa pendidikan merupakan cahaya dan siapa yang mendapatkannya maka dia tidak akan jatuh dalam kegelapan dalam kehidupan, hal tersebut yang disampaikan dalam Gurindam Dua Belas. Misal pada pasal pertama yang berbunyi ‘barang siapa tiada memegang agama, sekali-kali tiada boleh dibilang nama’ dan seterusnya. Maksudnya adalah bahwa setiap manusia harus berpegang pada agama karena agama merupakan pedoman yang memberikan arah dalam kehidupan. Artinya pasal pertama tersebut memberikan pengajaran mengenai Tauhid,” jelasnya.

Menurut Nurliana, Gurindam Dua Belas mengandung banyak sekali nilai psikologi pendidikan yang sejalan dengan Islam. “Karya Raja Ali Haji tersebut mengandung banyak sekali nilai mulai dari nilai agama hingga aktualisasi diri dengan beramal kebaikan dalam kehidupan sehari-harinya. Ditambah dengan kedekatan karya seni tersebut dengan masyarakat, terlebih masyarakat Melayu, menjadikan gurindam ini sebagai kontributor terhadap banyak bentuk pendidikan Islam seperti pengamalan syariat dan lainnya,” ungkapnya.

Nurliana menyebutkan bahwa Gurindam Dua Belas dapat menjadi salah satu sarana dalam mencerdaskan bangsa dengan mengintegrasikannya dalam kurikulum nasional. (raditia)