Berita

Dorong World Class University, UMY tingkatkan kualitas dosen melalui Saturday English Club

Menjadi bagian dari World Class University (WCU), universitas harus lebih meningkatkan kemampuan dan kualitas para dosen dan mahasiswa, salah satunya dengan mempraktekkan bahasa Inggris dengan lebih optimal dalam kegiatan belajar- mengajarnya di perkuliahan melalui Saturday English Club.

Menjadi bagian dari World Class University (WCU), universitas harus lebih meningkatkan kemampuan  dan kualitas para dosen dan mahasiswa, salah satunya dengan mempraktekkan bahasa Inggris dengan lebih optimal dalam kegiatan belajar- mengajarnya di perkuliahan melalui Saturday English Club.

Hal tersebut diungkapkan Kepala Unit Pelaksana Teknis Pusat Pelatihan Bahasa- Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UPT PPB-UMY), Jati Suryanto, S.Pd, di Kampus Terpadu UMY, Senin (26/4).

Saturday English Club merupakan pertemuan rutin para dosen yang diadakan sepekan sekali, dimana dalam kegiatan tersebut para dosen akan mempresentasikan sebuah tema yang akan ditanggapi oleh Rektor dan juga dosen lainnya.

Menurutnya, dalam mendorong WCU universitas harus melakukan upaya dari dua sisi, baik dari segi kualitas dosen maupun mahasiswa. Kualitas mahasiswa dapat diraih melalui beragam cara, termasuk diantaranya memiliki dosen yang berkualitas. Selain itu, sebagai bagian dari WCU, sebuah universitas harus memiliki kemampuan dalam berkomunikasi dengan dunia global yang hal ini akan memperluas jaringan kerjasama bagi peningkatan mutu dan kualitas pendidikan.

“Kami menyadari sepenuhnya jika kedua sisi tersebut saling berkaitan. Jika dosennya berkualitas baik, maka mahasiswa pun akan mendapat transfer ilmu yang lebih luas pula sehingga kualitas akademis dan pribadi mahasiswa juga semakin baik,” jelas Jati.

Jati menambahkan sebagai bahasa universial, penggunaan bahasa Inggris belum optimal dipraktekkan dalam kegiatan belajar-mengajar. “Kecuali di International Class, beberapa dosen masih belum mengoptimalkan penggunaan bahasa Inggris baik untuk berkomunikasi maupun penggunaan literatur bagi materi perkuliahan. Padahal para dosen tersebut sebenarnya telah memiliki kemampuan standar dalam berbahasa Inggris,” tambahnya.

Hal tersebut, lantaran sebagian dosen belum percaya diri dalam mengunakan bahasa Inggris dalam kegiatan belajar-mengajarnya. Ketika dosen belum menggunakan kemampuan bahasa Inggrisnya dengan optimal, maka minat mahasiswa dalam berbahasa Inggris juga tidak maksimal. “Untuk itu, sebagai seorang pendidik, dosen perlu mengupayakan agar dirinya percaya diri dalam mempraktekkan bahasa Inggris sekaligus menjadikan mahasiswa lebih tertarik untuk memaksimalkan kemampuannya dalam pemanfaatan bahasa universal tersebut,” jelas Jati.

Jati berharap, kegiatan itu menjadi benchmark dengan universitas lainnya dan semakin meningkatkan kemampuan para dosen untuk menggunakan bahasa Inggris dalam level yang lebih tinggi, seperti meningkatnya tulisan dosen yang diterbitkan dalam jurnal internasional, kualitas mahasiswa juga bertambah sehingga akan semakin dekat tercapainya WCU.