Sebagai dosen, melakukan pengabdian masyarakat adalah hal yang sudah sepatutnya untuk dilakukan. Apalagi jika pengabdian masyarakat yang dilakukan sesuai dengan konsentrasi yang diampu oleh dosen tersebut, tentu itu merupakan hal yang sangat menyenangkan. Tapi, lain halnya dengan yang dilakukan oleh salah satu dosen Program Studi Ilmu Keperawatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (PSIK UMY) yang melakukan pengabdian masyarakat berbasis ekonomi. Dengan mengambil fokus Ekonomi Keluarga Mantap dan Kuat Berbasis Perempuan Terampil Mandiri pada Ibu Rumah Tangga di Pedukuhan Pedes RT 5 Sedayu Bantul, Arianti, M.Kep., Ns., Sp.Kep. MB melakukan pengabdian tersebut berdasarkan keresahan yang terjadi di sekitar lingkungan rumahnya.
Ditemui tim Biro Humas dan Protokol UMY, Arianti memaparkan alasan mengapa memilih melakukan pengabdian masyarakat yang berbasis ekonomi daripada sesuai dengan konsentrasi yang sedang diampunya. “Program pengabdian yang saya lakukan ini dasarnya melihat ibu rumah tangga di lingkungan saya. Banyak sekali yang menggantungkan penghasilan dari suami. Ditambah lagi, sebagian besar latar belakang ekonominya kurang, sehingga banyak sekali dari mereka yang berhutang ke rentenir, sampai menjual tanahnya, bahkan sampai ada seorang ibu yang lari ke Jakarta karena dikejar-kejar hutang. Berdasarkan hal itu, saya mencoba berdiskusi dengan ibu RT sebenarnya apa yang bisa kita bantu untuk mengatasi masalah yang terjadi itu. Kebetulan di UMY sendiri ada program bantuan pengabdian setiap tahun. Melihat kondisi tersebut maka saya mengusulkan untuk membantu menyelesaikan permasalahan yang dihadapi para ibu rumah tangga ini, yang secara ekonomi menengah ke bawah,” tuturnya.
Usulan program yang ditawarkan oleh Arianti adalah dengan memberikan pelatihan menjahit bagi para ibu rumah tangga tersebut. Dipilihnya program pelatihan menjahit itu karena sebagian besar latar belakang para ibu rumah tangga tersebut pernah bekerja di pabrik tekstil. “Akhirnya setelah saya berdiskusi dengan ibu RT maka diputuskan untuk memberikan pelatihan mengenai jahit-menjahit. Di samping itu karena pengabdian masyarakat ini didanai oleh Muhammadiyah, maka kami juga memutuskan untuk memproduksi hijab, yaitu mukena dan hijab syar’i instan,” paparnya.
Kegiatan yang berlangsung setiap hari rabu dan kamis yang dimulai pada bulan maret lalu itu, juga membuat kesan tersendiri bagi Arianti selaku dosen yang melakukan pengabdian masyarakat di lingkungannya. “Peserta pelatihan menjahit sangat antusias dalam mengikuti pelatihan, karena kami juga mengundang pakar untuk membantu. Pada minggu pertama kami mengundang produsen mukena, minggu kedua kami menghadirkan produsen hijab instan, barulah kemudian para ibu rumah tangga tersebut latihan untuk membuat mukena dan hijab instan sendiri,” jelas Arianti.
Selain itu, output yang ingin dihasilkan dari pelatihan tersebut adalah pemasaran hasil jahitan melalui media sosial dan amal usaha Muhammadiyah. “Output yang nanti kita inginkan adalah akan dimulainya pemasaran dari jumlah peserta yang ada. Tercatat sebanyak 18 peserta, yang kemudian kami bagi ke beberapa tim, ada yang ahli menjahit, ahli memotong, ahli pemasaran, dan ahli tim pencari bahan dan perlengkapan jahitnya. Serta kami berharap apabila setelah selesai pelatihan nantinya, ibu-ibu peserta dapat mengaplikasikannya untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari,” tutupnya. (CDL)