Penyakit bisa menyerang siapa saja, tidak memandang usia, baik itu anak muda, remaja, maupun lansia. Apalagi bila berbicara tentang penyakit kolorektal, salah satu penyakit kanker yang sering menyerang orang-orang lanjut usia. Namun, tidak menutup kemungkinan penyakit tersebut juga menyerang orang yang masih berusia muda. Penyebab dan faktor risiko kanker kolorektal memiliki beberapa faktor yang dapat memicu terjangkitnya penyakit tersebut. Oleh karena itu, dosen Program Studi Kedokteran Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (FKIK UMY) tidak tinggal diam guna mengantisipasi penyakit tersebut menyerang satu persatu tubuh manusia. Dalam pengabdian kepada masyarakat yang dilakukannya, dua dosen kedokteran tersebut memberikan pelatihan guna mencegah penyakit kanker kolorektal kepada kader-kader Aisiyah Desa Bodeh, Kecamatan Gamping, Yogyakarta (7/4).
Di temui di sela-sela acara, Yoni Astuti, M.Kes., Ph.D dan Indrayanti, dr., Sp. PA menjelaskan terkait penyebab dan risiko seseorang dapat terserang penyakit kanker kolorektal. “Ada beberapa faktor risiko yang bisa menyebabkan kita terserang penyakit kanker kolorektal, usia itu salah satunya, karena risiko kanker kolorektal akan meningkat seiring dengan bertambahnya usia. Kolorektal dialami oleh seseorang yang berusia 50 tahun atau lebih. Selain faktor usia, gaya hidup juga salah satu faktor yang dapat menyebabkan terserang kanker kolorektal. Karena bermula dari gaya hidup yang kurang, seperti kurangnya olahraga, kurang asupan serat dan buah-buahan, serta pola makan dan minuman yang kurang sehat juga dapat meningkatkan risiko kanker kolorektal,” papar Yoni Astuti.
“Untuk mengetahui apakah ada resiko itu, di pertemuan kedua kami training untuk mengambil sample. Kami juga membantu bagaimana cara untuk mengambil sample tersebut yang tujuannya nanti dapat dilakukan screening di masyarakat sekitar kader. Kami mengambil kader dari ibu-ibu Aisyiah Kecamatan Gamping. Melalui mereka, kami berharap ilmu-ilmu yang kami sampaikan dapat bermanfaat juga untuk sekitarnya,” tambahnya.
Yoni menambahkan terkait pertemuan yang diselenggarakan selama tiga kali tersebut, memiliki pembagian materi di masing-masing pertemuan. “Kami sudah melakukan pertemuan sebanyak tiga kali, di pertemuan yang pertama kita pengenalan terlebih dahulu. Apa saja tanda-tanda resiko kanker kolorektal, penyebabnya apa saja, siapa-siapa yang rentan terkena, dan apa saja upaya-upayanya agar tidak terjangkit dari aspek gizinya. Minggu kedua kami memberikan training untuk pengambilan sample. Kemudian di pertemuan ketiga, menyetorkan hasilnya. Kami juga turut mengundang analis dari Laboratorium Biokimia guna memeriksa masing-masing feses yang telah disetorkan oleh peserta. Jadi setiap orang yang diambil fesesnya, harus melaporkan, kamu selama tiga harian itu makan apa saja, tulis semuanya selama tiga hari, nanti kita akan kupas, ini kandungannya ada apa saja, kita analisis gizinya,” lanjutnya.
“Data untuk gizinya masih kita periksa. Hasilnya kita akan sampaikan di tanggal 19 April nanti. Untuk pertemuan hari ini kami melatih untuk menyajikan makanan, karena kami berharap kader harus bisa mengukur dan menghitung kalori dan nutrisi yang semestinya dilakukan sesuai dengan kebutuhannya. Kami juga berharap, meskipun pelatihan mendeteksi penyakit kanker kolorektal hanya beberapa kali pertemuan saja, namun pemeriksaan tetap bisa dilakukan kapan saja,” tutupnya. (CDL)