Ada banyak macam strategi pemasaran untuk memperkenalkan sebuah produk kepada konsumen, yang memiliki tujuan agar masyarakat luas dapat mengenal dan menggunakan produk yang dihasilkan. Dalam hal ini, Dosen Manajemen Universitas Muhammadiyah Yogyakarta Meika Kurnia Puji Rahayu DA, S.E., M.Si. Ph.D dan Isthofaina Astuty, S.E. M.Si memberikan edukasi berupa pendampingan bagi pengurus PCA (Pengurus Cabang Aisyiyah) Danurejan sejak 2018 hingga sekarang, dalam menyusun profil dan persepsi konsumen yang dijadikan sebagai strategi awal untuk memasarkan produk sabun deterjen Melin.
Kegiatan pengabdian yang dilakukan memang senada dengan misi UMY yaitu untuk mendidik dan mengembangkan masyarakat secara profesional agar mampu menyejahterakan kehidupannya sendiri. Melalui LP3M (Lembaga Penelitian, Publikasi dan Pengabdian Masyarakat), UMY mengadakan ABDIMAS untuk mendukung dan memfasilitasi dosen terutama untuk menciptakan masyarakat yang kompetitif dan inovatif.
PCA Danurejan selama ini memiliki masalah dalam memasarkan produk deterjen Melin mereka. Padahal sabun Melin ini sudah ada sejak 2010, namun selama delapan tahun terakhir target penjualan tidaklah sesuai harapan karena strategi pemasaran yang memang kurang. Meskipun sebenarnya di wilayah Yogyakarta secara keseluruhan khususnya anggota Aisyiyah masih banyak yang belum mengenal produk sabun Melin.
Meika dan Isthofaina menyusun proposal dan melakukan pengabdian yang dibiayai oleh UMY untuk memberikan bantuan kepada PCA Danurejan yang dipilih secara piloting, untuk mengembangkan kompetensi pengelolaan produk yang dimiliki agar mereka nantinya bisa melanjutkan kegiatan ini secara mandiri. Dengan harapan, produk bisa berkembang menjadi lahan ekonomi.
Ditinjau dari aspek geografis, sebenarnya lokasi Kecamatan Danurejan berada di wilayah strategis di kota Yogyakarta yang menjadi incaran para wisatawan, yakni kawasan Malioboro dan sekitarnya. Adanya wisma, homestay sampai hotel berbintang, menunjukkan bahwa Danurejan memiliki potensi bisnis yang cukup besar. Seharusnya dengan fakta tersebut, produk Melin bisa berkembang dan dikenal banyak orang, tapi pada kenyataannya tidak sama sekali. Belum efektifnya pemasaran yang PCA Danurejan lakukan membuat mereka gagal menarik minat beli konsumen dari produk yang sebenarnya menjadi unggulan bagi organisasi Aisyiyah.
Hal itu dibuktikan dengan data yang dihimpun oleh Meika dan Isthofaina bahwa di wilayah Danurejan dari 2012-2015 hanya terjual 10 kg sabun Melin. Dosen Manajemen UMY ini melakukan koordinasi dengan pimpinan Majelis Ekonomi dan Ketenagakerjaan PCA Danurejan sebagai pihak yang paling berkaitan dengan tema program pengabdian masyrakat ini.
“Masalah yang dihadapi PCA Danurejan adalah belum memiliki peta profil konsumen dan peta persepsi sabun Melin di kalangan ibu-ibu yang menjadi sasaran dari dibuatnya produk itu. Padahal dilihat dari potensi, produk Melin memiliki keunggulan dan kebanggaan. Karena dari hasil uji laboratorium, produk itu sudah terbukti kualitasnya dan aman bagi manusia, pakaian dan sangat ramah lingkungan. Tapi memang masyarakat masih perlu dukungan dan pendampingan untuk mengembangkan apa yang menjadi ciri khas suatu organisasi atau perseorangan. Melalui pengabdian inilah kami berusaha untuk memberikan edukasi tentang strategi pemasaran,” ujar Meika ditemui di kampus Terpadu UMY.
Menyadari akan pentingnya strategi pemasaran, Meika mengatakan proses pengabdian ini dilakukan dengan penyuluhan berupa pemberian wawasan, pemahaman dan kesadaran tentang pentingnya strategi pemasaran efektif dan efisien dengan pendekatan yang strategis. “Kami melaksanakan Focus Group Discussion (FGD) dengan PCA Danurejan dalam menetapkan prioritas strategi yang akan dilakukan. Selain itu melakukan pendampingan penyusunan instrument, dan pendampingan penyebaran kuesioner serta menganalisis data terhadap pengetahuan ibu-ibu tentang produk Melin,” terang Meika lebih lanjut. (Habibi)