Sebagai sebuah negara kepulauan ada banyak infrastruktur di Indonesia yang dibangun di wilayah yang berbatasan langsung dengan perairan laut, seperti; jembatan; dermaga; tanggul; atau bangunan lainnya seperti sanggraloka di wilayah pantai yang menjadi objek wisata. Bangunan-bangunan tersebut secara reguler terekpos oleh paparan air laut yang notabene merupakan penyebab korosi yang apabila dibiarkan terus terjadi tanpa penanganan dapat mengakibatkan kerusakan. Perlunya antisipasi untuk menjaga kondisi bangunan agar tetap layak menjadi alasan bagi Pinta Astuti, S.T., M.Eng., dosen Program Studi Teknik Sipil Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY), untuk memberikan solusi yang tepat dalam menangani korosi ini. Dalam korespondensi yang dilakukan oleh Tim biro Humas dan Protokol (BHP) UMY pada hari Kamis (20/6), Pinta menyampaikan bahwa korosi yang terjadi pada besi dapat diperbaiki dengan proteksi katodik – anoda korban.
Pinta menyebutkan bahwa penelitian yang dilakukannya membahas tentang teknologi perbaikan pada struktur bangunan. “Banyak struktur di Indonesia yang mengalami kerusakan akibat intrusi air laut ke dalam struktur betonnya sehingga mempercepat terjadinya korosi pada tulangan di dalam beton. Apabila korosi terjadi maka volume tulangan beton akan membesar dan memberikan internal pressure pada beton dan akhirnya memunculkan crack yang akan menurunkan kekuatan beton serta berpotensi mengakibatkan kerusakan,” ujarnya.
Melalui proteksi katodik – anoda korban, bangunan yang sudah mengalami korosi dapat diperbaiki kembali. “Proteksi ini dilakukan dengan mengalirkan arus dari logam yang mudah mengalirkan elektron, misalnya zinc, kepada besi tulangan dalam beton. Setelah arus mengalir maka logam, seperti zinc, tersebut akan menjadi ‘korban’ karena elektron pada zinc berpindah ke besi tulangan. Hasilnya besi tulangan yang mengalami korosi akan mendapatkan suplai arus elektron dari zinc dan menghentikan proses korosi. Teknologi ini terbukti efektif dan dapat digunakan untuk memperbaiki struktur bangunan dan memperpanjang masa layananya,” jelas Pinta.
Pinta menyebutkan bahwa penerapan teknologi tersebut mulai dilakukan di Indonesia pada jembatan dan dermaga yang langsung terekspos ke laut. “Hanya saja, metode yang dilakukan kurang tepat dan monitoring-nya kurang optimal sehingga hasil penerapan teknologi ini belum maksimal. Harapannya kolaborasi peneliti dan industri di Indonesia akan membantu mempercepat pengaplikasian teknologi tersebut,” ujarnya.
Penelitian yang dilakukan Pinta tersebut juga berhasil mendapatkan penghargaan di dunia akademik internasional melalui presentasinya dalam 4th International Symposium on Concrete and Structures 2019 (CSN2019) di Distrik Hokuriku, Prefektur Kanazawa, Jepang. Dalam presentasi penelitiannya dengan judul “Application of sacrificial anode cathodic protection for partially repaired RC beams damaged by corrosion” . Di ajang tersebut, Pinta terpilih untuk mendapatkan nominasi penghargaan paper award. Sebelumnya pada tahun 2018, Pinta juga mendapatkan penghargaan best presentation award pada acara yang sama di Bangkok, Thailand.
Pertemuan ilmiah untuk para ilmuwan beton dan struktur ini diikuti oleh 130 peserta dari 15 negara. “Acara ini bertujuan untuk membangun jaringan riset internasional dan bertukar pikiran tentang riset material dan struktur beton guna menyelaraskan industri, pemerintah, dan akademisi dalam pengembangan teknologi mutakhir bidang struktur beton. Selain itu, simposium ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan dan pengetahuan para young engineer agar terdorong untuk menciptakan hasil riset yang berkualitas,” ujarnnya. Pinta juga menyampaikan bahwa penelitian tersebut merupakan kerjasama dengan P.S. Mitsubishi Construction Co. Ltd. bersama dengan Dr. Eng. Rahmita Sari Rafdinal, peneliti cathodic protection untuk struktur beton dan alumni Kyushu University. (raditia)