Berita

Dosen UMY Jadi Peneliti Asing di Cambridge University

Isu pelayanan kesehatan masih menjadi perhatian publik, bahkan menjadi polemik baik dari segi implementasi pelayanan kesehatan hingga asuransi kesehatan yang merupakan hak bagi masyarakat. Hal tersebut juga bersinggungan dengan kebijakan pemerintah untuk mengatur pelayanan kesehatan. Dalam hal ini, Dosen Prodi Ilmu Pemerintahan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta, Eko Priyo Purnomo,S.IP.,M.Si., M.Res., Ph.D sebagai peneliti dari Cambrige University melakukan penelitian ASEAN Development Outlook Research Project tentang kebijakan pelayanan kesehatan di negara-negara anggota ASEAN. Penelitian yang dilakukan oleh Dosen Prodi Ilmu Pemerintahan UMY tersebut melibatkan dua universitas sebagai mitra penelitian, yaitu Universitas Thamasat Thailand dan Mundane State University Filipina.

Eko Priyo Purnomo menyatakan bahwa penelitian yang dipegang langsung dari Universitas Cambridge ini terdiri dari dua sesi penelitian. Untuk sesi penelitian yang pertama membahas bagaimana kebijakan fasilitas kesehatan di negara-negara ASEAN khususnya di Indonesia, Filipina dan Thailand. ”Penelitian ini membahas tentang bagaimana hubugan pendapatan GNP dan GDP di negara-negara ASEAN yang selanjutnya melihat apakah negara-negara ASEAN yang memiliki GNP dan GDP itu memiliki fasilitas kesehatan yang sama atau berbeda. Berikutnya yang kami lihat dalam penelitian ini adalah bagaimana penyedia fasilitas kesehatan di lingkup ASEAN, bagaimana kualitas hidup masyarakat di negara ASEAN. Beberapa hal yang menjadi konsen pada penelitian ini adalah hubungan pendapat, kemudian berhubungan dengan populasi dan berbicara tentang bagaimana Negara-negara di ASEAN mengatasi penyakit , bencana, serta bagaimana alokasi anggaran dari beberapa Negara itu, apakah alokasi anggaran itu dilakukan sesuai dengan yang dialokasikan di beberapa Negara ASEAN,” jelasnya saat dihubungi pada Rabu (5/8).

Kemudian Eko juga menambahkan bahwa pada penelitian ini ia juga membahas tentang bagaimana mendesain keuangan dan alokasi anggaran pada bidang kesehatan, dan juga melihat bagaimana asuransi kesehatan di masing-masing negara anggota ASEAN. “Hasil dari penelitian ini adalah pada masyarakat Filipina saat ini cenderung hidup lebih lama daripada dekade sebelumnya, dengan usia harapan hidup saat kelahiran meningkat dari 62,2 tahun pada 1980 menjadi 72,56 tahun pada 2017. Ini terutama disebabkan oleh peningkatan kondisi kehidupan, akses yang lebih baik ke layanan kesehatan, dan peningkatan manajemen dan pengobatan penyakit menular. Namun, masyarakat Filipina sekarang menanggung tiga kali lipat beban penyakit,” paparnya.

Kemudian di Indonesia ditemukan bahwa berdasarkan laju pertumbuhan penduduk yang cepat di Indonesia, harus diimbangi dengan berbagai kesiapan awal untuk mencegah berbagai masalah, salah satunya terkait masalah asuransi kesehatan. “Dalam hal ini, pemerintah adalah aktor yang memainkan peran vital dalam kesehatan warganya, yaitu dalam menanggulangi dan menjamin kesehatan. Selanjutnya di Thailand telah dipuji oleh berbagai negara di seluruh dunia karena berhasil menerapkan cakupan perawatan kesehatan universal untuk semua warga negara dengan cakupan layanan kesehatan komprehensif dan luas dengan biaya rendah atau perlindungan risiko keuangan,” tambahnya.

Hasil dari penelitian ini selanjutnya akan dipublikasikan oleh Universitas Cambridge berupa jurnal dan buku yang kemudian dikirimkan ke Sekretariat ASEAN. (Sofia)