Hilman Latief tidak pernah menyangka dirinya akan meraih penghargaan Alumni Achievement Award dari School of Arts and Sciences, Western Michigan University (WMU), Amerika Serikat. 10 tahun silam, tepat tahun 2004-2005, Hilman Latief menempuh pendidikan S-2 di WMU atas beasiswa Fulbright. Pria yang sejak tahun 2013 menjabat sebagai direktur LP3M UMY menerima penghargaan tersebut yang diberikan oleh Professor Alexander Enyedi (Dean School of Arts and Sciences) bersama 20 penerima penghargaan lainnya dalam bidang yang berbeda, seperti Kimia, Fisika, Matematika, Bilologi, Geo-sains, Sosial dan Humaniora.
“Sangat tidak menduga karena peraih penghargaan sebelumnya kebanyakan orang Amerika dan mereka memiliki prestasi yang luar biasa di bidangnya masing-masing, baik sebagai CEO perusahaan, peneliti di NASA, professor, hakim, dan sebagainya,” ujar Hilman ketika ditemui di ruang kerjanya, Rabu (28/10) pagi. Pria yang meraih gelar Doktor di Utrecht University-Belanda ini terbang kembali ke Western Michigan University, kali ini bukan untuk menjadi mahasiswa seperti sebelumnya tetapi diundang untuk memberikan kuliah umum “Islamic Charities, Transnationalism and Globalization” dan menghadiri resepsi penyerahan penghargaan tersebut pada 24 Oktober 2014.
Selain aktif melakukan penelitian, aktivitas ayah tiga anak itu pada berbagai forum internasional di dalam dan luar negeri menjadi alasan pihak Departement of Comparative Religion WMU untuk menominasikan penghargaan tersebut kepada dirinya. Dalam periode 2010 sampai 2014 saja peraih gelar doktor dari Utherecht University- Belanda ini telah lima belas kali mempresentasikan karya ilmiahnya di forum-forum internasional, mempublikasikan 4 buku dan belasan artikel ilmiah yang dipublikasikan di dalam berkala ilmiah nasional dan internasional. Hilman menuturkan semua aktifitasnya itu merupakan konsekuensi dari pilihannya berprofesinya sebagai seorang dosen, sehingga ia dapat konsisten dan tetap produktif dalam menulis karya ilmiah.
“Mereka melihat kegiatan saya yang cukup padat dalam konteks pengembangan akademik baik dalam presentasi dan publikasi di dalam dan luar negeri,” sambung dosen yang menjadi pakar di bidang filantropi Islam tersebut.
Sosok yang suka berpenampilan casual dan mulai meniti karir di UMY sejak tahun 2000 itu menganggap penghargaan tersebut sebagai suatu kebanggaan tersendiri karena di tahun sebelumnya belum ada orang Asia yang mendapatkan penghargaan tersebut. Selain itu, kampus yang memberikannya gelar Master of Arts itu memperhitungakan dirinya yang mengajar begitu jauh dari Amerika Serikat. Hilman juga tergolong “orang baru” sebagai penerima pengharggaan itu dibanding penerima sebelumnya yang lebih senior.
Ia juga mendapatkan pelajaran berarti dari penghargaan yang akan diberikan pada bulan Oktober ini. Menurutnya, meski dianggap sebagai orang yang baru menapaki karir, bukanlah menjadi alasan baginya untuk tidak berkarya dengan baik. “Meskipun kita berada di daerah atau negara ‘pinggiran’ bukan menjadi alasan untuk tidak berkarya dan melakukan sesuatu yang bermanfaat bagi dunia,” tutur pengajar Studi Islam di Fakultas Agama Islam dan Fakultas ISIPOL UMY itu.