Berita

Dubes Palestina Soroti Pengaruh Imperialisme terhadap Penjajahan Palestina oleh Israel

Penindasan yang terjadi di Palestina lebih dari sekadar penjajahan yang berdasarkan kekerasan, namun juga tidak lepas dari kepentingan geopolitik. Duta Besar Palestina untuk Indonesia, Dr. Zuhair Al-Shun, menyatakan bahwa sebagai tanah suci, Palestina tidak seharusnya digunakan sebagai tempat peperangan dan pembunuhan. Apa yang terjadi saat ini adalah dampak atas praktik imperialisme dari negara-negara yang mendukung Israel.

Hal ini disampaikan oleh Zuhair di Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY), dalam agenda kuliah umum bertemakan ‘Islam, Keadilan Sosial, dan Solidaritas Global untuk Palestina’ pada Rabu (12/3), di ruang sidang Gedung AR. Fakhruddin B lantai 5 UMY. Zuhair berpendapat bahwa bangsa Palestina memiliki hak untuk melawan penjajahan Israel, sehingga hal tersebut tidak dapat menjadi dasar dari peperangan di sana. Bangsa Palestina telah menempati tanah Palestina sejak enam ratus ribu tahun yang lalu, hingga bangsa Israel datang pada tahun 1948 dan menindas Palestina selama 76 tahun hingga saat ini.

“Pada tahun 1948, Palestina dipecah menjadi 2 bagian di mana 56% dikuasai oleh Israel dan 44% oleh Palestina. Namun Israel tetap tidak menerima pembagian tersebut dan terus melakukan agresi, pembunuhan dan penghancuran sehingga mendapat tambahan wilayah hingga 22%. Akhirnya, pada tahun 1965 Palestina memutuskan untuk melakukan perlawanan dan revolusi,” ujar Zuhair.

Sebagai negara yang terletak di kawasan Timur Tengah, Palestina memiliki sumber daya minyak dan gas yang melimpah, yang dapat memengaruhi wilayah di Asia dan Eropa. Inilah yang menurut Zuhair menjadi salah satu alasam utama mengapa imperialisme melalui Israel menjadikan Palestina sebagai wilayah yang mereka okupasi. Politik memainkan peran besar atas apa yang terjadi di Palestina, hingga memakan ratusan ribu korban jiwa yang merupakan masyarakat sipil.

Perlu ada aksi nyata untuk menindak segala kejahatan yang dilakukan oleh Israel, dan Zuhair juga menyebutkan bahwa jika terdapat sanksi yang tegas dari komunitas internasional maka Israel tidak memiliki pilihan selain menerima sanksi tersebut. Zuhair merasa, kendati mendapat dukungan dari beberapa wilayah di dunia, perlawanan Palestina belum dapat dikatakan selesai.

“Terima kasih banyak atas kesempatan yang diberikan kepada saya untuk menghadiri agenda yang penting dan signifikan ini, yang dapat menyebarluaskan satu pesan. Pesan terkait bagaimana cara mendukung Palestina, walaupun peran dari Indonesia sudah tidak diragukan lagi. Masyarakat Indonesia selalu melawan tidak dengan senjata, namun dengan penyebarluasan pesan-pesan kedamaian dan keadilan yang tidak dimiliki oleh masyarakat Palestina,” imbuhnya lagi.

Agenda kuliah umum ini merupakan kolaborasi antara Social Movement Institute dengan program studi Magister Hubungan Internasional UMY, sebagai bagian dari penguatan hubungan Palestina dengan lapisan masyarakat dan sektor akademik di Indonesia. Rektor UMY, Prof. Dr. Achmad Nurmandi, M.Sc. menyampaikan dalam sambutannya bahwa Indonesia dan Palestina memiliki sejarah panjang bahkan sebelum kemerdekaan Indonesia. Sejarah tersebut menjadi alasan mengapa Indonesia, juga Muhammadiyah selalu memberikan dukungan kepada kemerdekaan Palestina.

“Sampai sekarang kita mengetahui bahwa tidak ada tempat yang aman di Palestina, terutama di wilayah West Bank dan Gaza. Saya mengucapkan terima kasih banyak kepada Dr. Zuhair yang selalu memenuhi undangan UMY untuk hadir, karena saya ingin para mahasiswa memiliki informasi dari tangan pertama terkait situasi yang terjadi di Palestina. Karena peran dari perguruan tinggi adalah termasuk menyalurkan pemikiran dan filosofi kepada generasi muda agar memahami realitas di dunia,” pungkas Nurmandi. (ID)