Keberagaman hayati dan tingkat kesuburan tanah yang ada di Indonesia menjadikan negara ini memiliki potensi yang besar untuk dikembangkan menjadi berbagai bisnis. Salah satunya adalah dengan mengolah hasil alam tersebut menjadi berbagai olahan kuliner yang mempunyai nilai ekonomi bagi masyarakat setempat. Ada banyak masyarakat yang sudah mulai mengolah hasil alam tersebut namun masih banyak pula yang belum mampu memaksimalkan potensi tersebut, terutama dari segi pemasaran produk olahan kuliner tersebut. Hal tersebut diantaranya terjadi pada masyarakat Dusun Semuluh Kidul, Ngeposari, Semanu, Gunung Kidul, Yogyakarta. Dari fenomena tersebut Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY) melalui Program Abdimas Dosen dan kelompok KKN (Kuliah Kerja Nyata) 026 berusaha meningkatkan kemampuan masyarakat dengan meningkatkan nilai hasil olahan kulinernya melalui branding.
Riska Wiranti, salah satu anggota kelompok KKN 026 menjelaskan bahwa branding yang dilakukan tersebut merupakan lanjutan dari program KKN pada tahun sebelumnya. Program lanjutan tersebut menargetkan agar produk olahan kuliner yang dirintis sebelumnya naik nilai jualnya dan juga mampu lebih bersaing di pasarannya. “Warga di Dusun Semuluh Kidul ini memiliki hasil alam dari ketela jagung dan beberapa tanaman lainnya yang sangat berlimpah. Dan pada program KKN sebelumnya sudah menjalani pelatihan untuk mengolah hasil alam tersebut. Saat ini ada 2 rumah produksi yang dikelola warga untuk hasil alam tersebut, yaitu Kidul Makmur dan Fajar Mandiri. Branding yang kami lakukan di sini adalah dengan memberikan logo, serta slogan untuk produk olahan dari dusun ini. Dengan begitu produk tersebut akan dikenal dengan identitas yang unik,” jelas Riska saat diwawancarai oleh Tim Biro Humas dan Protokol (BHP) UMY pada hari Senin (18/2).
Selain branding, kelompok KKN 026 juga mengarahkan warga untuk menggunakan kemasan yang lebih sesuai dengan minat pasar. “Selama ini pengepakan produk kripik singkong dan marning yang dipasarkan oleh warga dikepak dalam kemasan plastik. Kemasan semacam ini selain menjadi sumber masalah bagi lingkungan, juga kurang menarik secara visual. Untuk itu kami mengajak warga agar menggunakan paper bag dalam mengemas produknya. Selain kemasan tersebut lebih ramah lingkungan, produk juga terlihat lebih elegan, makanan yang ada di dalamnya juga bisa lebih tahan lama. Kemasan tersebut juga dapat menaikkan harga jual dari produk tersebut di pasaran. Kami juga memberikan pelatihan mengenai pengelolaan keuangan bagi warga untuk meningkatkan wawasan dalam aspek manajerial,” papar Riska.
Dijelaskan oleh Muhammad Muttaqien, S.IKom, M.Sn, Dosen Pembina Lapangan dan pelaksana program Abdimas tersebut bahwa branding dari logo, slogan dan juga kemasan yang dilakukan akan jadi pemicu yang baik untuk pemberdayaan UMKM di Semuluh Kidul. “Melalui KKN dan Abdimas ini masyarakat kami picu untuk semakin memberdayakan potensi olahan kulinernya. Pertama karena memang hasil alam tersebut seperti kacang tanah, ketela dan jagung yang memang turah di sana dan juga mereka memang sudah memasarkannya ke pasar lokal, peluang ini masih bisa dikembangkan. Dengan branding dari logo dan juga kemasan, produk mereka dapat dipasarkan dengan lebih luas serta familiar ke konsumen,” ujar dosen Ilmu Komunikasi UMY tersebut.
“Branding tersebut menjadi tanda yang khas untuk olahan kuliner dari desa Simuluh Kidul. Misal ketika warga ingin memasarkan secara lebih luas, produk olahan mereka bisa dikenal dengan mudah. Begitu pula ketika mereka ingin melakukan inovasi, branding yang sudah ada dapat digunakan untuk memperkenalkan produk baru dan dengan otomatis dapat diasosiasikan dengan produk lainnya dari desa tersebut. Apalagi didukung dengan lokasi desa yang cukup dekat dengan situs wisata lokal, sehingga produk dapat dipasarkan langsung ke pengunjung yang datang,” imbuh Muttaqien lagi. (raditia)