Berita

Dukung Program Vaksinasi Pemerintah, Keperawatan UMY Sosialisasikan Vaksinasi Booster

Kasus positif COVID-19 di DIY cenderung mengalami penurunan. Namun, Instruksi Menteri Dalam Negeri (Inmendagri) No. 16 Tahun 2022 kembali menetapkan Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) pada Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) Level 4.  

Sehubungan dengan hal itu, dalam rangka HUT Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) ke-48, Program Studi Ilmu Keperawatan, Profesi Ners, dan Magister Keperawatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY) menggelar sosialisasi vaksinasi booster dan protokol kesehatan sebagai salah satu bentuk upaya pemutusan rantai penularan COVID-19 di Pedukuhan Kweni, Panggungharjo, Sewon, Bantul pada Kamis (17/03).  

Dinasti Pudang Binoriang, M. Kep., Ns., Sp. Kep.Kom, Ketua Pelaksana sosialiasi, mengatakan bahwa kegiatan ini menghadirkan Ibu-Ibu Kader Pedukuhan Kweni untuk diberikan edukasi terkait pentingnya vaksinasi booster dan menaati protokol kesehatan dalam rangka membangun kesadaran masyarakat sebagai bagian dari upaya pencegahan COVID-19.  

 “Kegiatan ini sasarannya adalah Ibu-Ibu Kader, semoga Ibu-Ibu nantinya bisa menyalurkan banyak pengetahuan kepada masyarakat terkait vaksinasi booster dan prokes,” ujar Pudang saat ditemui pada Sabtu (19/3). 

 Senada dengan Pudang, Al Afik, S.Kep., Ns., M.Kep., mengatakan bahwa kegiatan ini tidak hanya sebagai peringatan HUT PPNI, melainkan momentum untuk mengingatkan kembali kesadaran masyarakat mengingat Yogyakarta saat ini masih bertahan pada PPKM level 4. 

 Afik juga menekankan kembali terkait pandemi, endemi serta cara menyikapinya. “Perlu kita pahami makna antara pandemi dengan endemi. Pandemi berarti keadaan dimana semua orang terkena. Sedangkan endemi merupakan sesuatu yang sudah dianggap biasa, seperti flu yang pernah terjadi pada zaman dahulu,” jelasnya.  

Dalam keilmuan muslim, tambahnya,  pandemi sendiri termasuk dalam kondisi bencana yang kategorinya bencana non-alam. Sedang dalam ilmu kebencanaan, bencana itu ketika ada hajat, dan saat ini hajatnya virus.  

Mengenai hal itu, Afik menjelaskan bahwa ada tiga prinsip dalam istilah fikih untuk menyikapi bencana COVID-19,  yaitu nilai, etik, dan etos.  “Jadi kalau memahami musibah, harus kita pahami cara pandang dan bagaimana menyikapinya. Dalam fikih, ada tiga prinsip dalam menyikapi bencana termasuk COVID. Pertama, nilai. Jangan sampai nilai dasar tidak kita pegang. Kedua, etik berkaitan dengan prinsip dasar. Ketiga, etos berkaitan dengan aturan yang konkret,” terangnya.

Berkenaan dengan etis, Ia menjelaskan bahwa secara etis kita harus sabar dan bersyukur dalam mengahadapi bencana COVID-19. Sedang secara etos, adanya antisipatif dengan upaya preventif seperti melakukan vaksin.  

Berdasarkan data, capaian vaksin pertama di Indonesia telah mencapai angka 90%. Namun, pada vaksin kedua hanya mencapai 37%. Disampaikan oleh Afik, vaksin hanya bertahan selama 6 bulan. Oleh karenanya, vaksin booster menjadi bagian penting. “Target vaksin satu di Indonesia sudah mencapai 90%. Sedang vaksin dua prosentasenya hanya 37% saja. Padahal masa vaksin tersebut hanya bertahan selama 6 bulan. Sehingga penting untuk dilakukan vaksin ketiga atau booster,” ujar Afik.

Ia juga mengimbau kepada masyarakat Pedukuhan Kweni, apabila belum melakukan vaksin booster dapat segera menghubungi pihak UMY untuk diberikan fasilitas vaksinasi booster secara gratis. “Kami memberikan fasilitas berupa vaksinasi booster. Bagi masyarakat Kweni yang belum melakukan vaksin ketiga, bisa menghubungi pihak UMY,” ungkap Afik. (NSN)