Berita

E-LEARNING SEBAGAI SOLUSI PENDIDIKAN JARAK JAUH

Kemajuan teknologi menuntut manusia untuk membuat inovasi-inovasi dalam berbagai kehidupan dengan akses yang mudah. Hal ini yang juga saat ini sedang dikembangkan dalam dunia pendidikan di Indonesia. Dengan mengacu pada pendidikan di luar negeri yang sudah menerapkan sistem e-learning sebagai solusi untuk memajukan pendidikan kaum muda, pemerintah Indonesia-pun saat ini tengah giat mensosialisasikan program e-learning kepada berbagai universitas di Indonesia.

Sabtu (4/7), Prof. DR. Paulina Panen selaku staff ahli Kementerian Riset dan Teknologi Pendidikan Tinggi (KEMENRISTEK DIKTI) bidang akademik bersama dengan Dr. Ridwan Roy T.,S.H.,S.E.,M.Si selaku Deputi Diektur Pembelajaran dan Kemahasiswaan (BELMAWA) Ristek Dikte mengadakan sosialisasi terkait Pendidikan Jarak Jauh (PJJ) dengan sistem e-learning di Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. Sosialisasi yang dihadiri oleh 40 dosen UMY dari berbagai jurusan tersebut bertempatkan di gedung AR. Fahrudin A lantai 5 dari pukul 8.00-11.00.

Dalam forum tersebut, beberapa dosen UMY mengemukakan sudah memulai menggunakan sistem e-learning dalam proses belajar mengajar di UMY. Hal ini terkait dengan tugas dosen baik internal maupun eksternal yang tidak menyempatkan dosen bertatap muka dengan para mahasiswa. prof. DR. Paulina Pannen mengungkapkan,”Dosen yang sudah memulai e-learning itu sudah satu langkah lebih maju. Meski demikian, masih banyak pula tantangan yang harus dihadapi dalam sistem e-learning ini,” ungkapnya.

Tantangan yang harus dihadapi dengan PJJ ini antara lain, bagaimana e-learning bermanfaat dengan tetap menjamin kualitas yang sama dengan pendidikan di dalam kelas, menambah kapasistas kampus baik secara internal maupun eksternal. “Saat ini mata kuliah yang harus ditempuh oleh mahasiswa jenjang S1 berjumlah 50 mata kuliah. Jika e-learning diberdayakan, akan ada beberapa mata kuliah yang dapat dimasukkan ke dalam kurikulum e-learning seperti MKDU (Mata Kuliah Dasar Umum), Kemuhammadiyahan, dan mata kuliah terkait Riset dan Statistik. Dengan begitu sudah 12% dari total keseluruhan mata kuliah untuk mahasiswa S1 yang dapat diberlakukan secara online,” sambungnya.

Prof. Paulina menambahkan, dengan sistem e-learning juga para dosen akan menjadi semakin terbantu karena tidak harus secara 100% bertatap muka dengan mahasiswa. Mahasiswa akan dapat belajar dengan sistem online. Dan untuk membantu para dosen memantau sistem belajar mahasiswa, kementrian Ristek Dikti menganjurkan setiap dosen untuk memiliki tutor-tutor di setiap kelasnya. Tutor-tutor tersebut berfungsi sebagai asisten dosen yang membantu memantau sistem belajar mahasiswa dan menjawab pertanyaan-pertanyaan mahasiswa. Namun tutor tidak boleh menyaingi tugas dosen seperti dalam mengoreksi ujian dan memberikan nilai kepada mahasiswa.

Prof. Paulina juga mengungkapkan bahwa sistem e-learning yang sudah dipakai di Universitas Terbuka di Indonesia juga memacu para mahasiswa untuk aktif berinteraksi dengan dosen. “Biasanya kalau di kelas mahasiswa malu untuk bertanya, ketika dengan sistem online, mahasiswa terbukti aktif menanyakan hal-hal yang tidak mereka pahami secara individu,” tambahnya. (Deansa)