Berita

Ekonomi Syariah Bisa Jadi Solusi Untuk VUCA

Revolusi industri ke-4 sudah memberikan banyak perubahan bagi dunia, baik berupa kemajuan yang bersifat positif maupun beberapa hal negatif. Termasuk di dalamnya adalah VUCA (Vulnerability , Uncertainty, Complexity, and Ambiguity) yang terjadi dan berpotensi mengancam perekonomian dunia. Meski begitu, hal tersebut tidak perlu ditakuti karena perubahan pasti terjadi dan untuk mengatasinya yang harus dilakukan adalah beradaptasi dan berimprovisasi dengan menerapkan Ekonomi Syariah.

Hal ini sebagaimana disampaikan oleh Muhammad Anwar Bashori, Kepala Departemen Ekonomi dan Keuangan Syariah Bank Indonesia. Pernyataannya tersebut disampaikan dalam seminar yang diselenggarakan oleh IPIEF (International Program for Islamic Economic and Finance) Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY), pada Kamis (28/12). Seminar yang diselenggarakan di Gedung AR. Fachruddin B UMY ini mengambil tema Outlook Islamic Finance in Indonesia 2018 and Its Resilience in Vulnerability , Uncertainty, Complexity, and Ambiguity (VUCA) World.

Dalam kesempatan tersebut, Anwar menyebutkan perubahan terjadi dengan cepat dan hal ini bisa diamati lewat patokan revolusi industri yang terjadi. “Revolusi industri ke-4 yang terjadi mengubah berbagai hal, contoh yang paling mudah adalah terjadinya perubahan platform pasar yang kita kenal sehari-sehari. Saat ini kita biasa melakukan transaksi jual beli secara online. Bahkan seisi rumah kita sudah difasilitasi dengan perubahan tersebut. Misal ketika ingin makan, pesan Go-Food; ingin membeli kebutuhan rumah tangga, kita cari di Lazada atau di situs lainnya,” ujarnya.

Anwar menyebutkan bahwa perubahan tersebut memberikan banyak hal yang baru kepada masyarakat dan ternyata warga Indonesia mampu beradaptasi dengan itu. “Namun yang menjadi pertanyaan adalah apakah fenomena tersebut memberikan manfaat? Jawabannya adalah iya. Tapi perubahan tersebut juga memberikan masalah, yaitu inequality yang terjadi karena anggapan di masyarakat adalah bisnis terpisah dengan nilai-nilai etika. Hasilnya yang kaya makin menumpuk harta dan yang miskin tidak bisa naik kelas karena ada gap yang cukup besar di situ. Di sini kemudian Ekonomi Syariah Islam masuk untuk menjadi solusi,” ujar Anwar.

“Sebagai contoh yang menerapkan Ekonomi Syariah Islam adalah negara Uni Emirat Arab (UEA), dan ini terbukti berhasil dengan perekonomian negara tersebut yang benar-benar maju. Ini juga membuktikan bahwa Ekonomi Syariah bukan hanya sekedar urusan halal haram saja, namun juga halal dan thayyib. Misalnya yang dilakukan oleh Korea Selatan dengan Halal Beauty-nya yang mengincar pasar kosmetik halal global. Juga oleh Thailand yang sedang mengembangkan industri dapur halal mereka di Asia Tenggara, atau Brazil dengan berbagai makanan Timur Tengahnya. Ini membuktikan bahwa konsep halal sudah global. Seharusnya diikuti oleh Indonesia, karena Indonesia merupakan negara dengan warga muslim terbesar. Indonesia tidak boleh berpuas diri dengan hanya menjadi pasar global dan konsumen,” papar Anwar lagi.

Anwar juga menyebutkan konsep-konsep yang dimiliki oleh Ekonomi Syariah mampu digunakan untuk menghadapi VUCA. “Konsep berbagi yang dimiliki oleh Ekonomi Syariah dapat menjadi jawaban untuk masalah yang dihadirkan dalam VUCA. Misal untuk mengatasi kesenjangan ekonomi yang terjadi akibat daya beli masyarakat yang rendah dengan zakat. Ini bisa dilakukan karena zakat yang diambil akan dialokasikan ke masyarakat yang kurang mampu secara ekonomi untuk mendorong daya beli mereka,” jelasnya.

Anwar menyebutkan bahwa Indonesia memerlukan program kongkrit untuk melakukan penerapan Ekonomi Syariah. “Di masyarakat sudah banyak diselenggarakan seminar atau pengajian yang membahas ekonomi syariah dan ini harus diikuti dengan program penerapan. Karena ekonomi syariah merupakan sistem ekonomi yang memastikan setiap anggotanya terlibat dalam kegiatannya dan memastikan pergerakan ekonominya mengalir lancar,” ungkapnya. (raditia)