Lulus dari Pendidikan Tinggi dengan hasil yang baik, bukan syarat mutlak untuk berhasil. Yang terpenting adalah bagaimana seseorang menghimpun ide dan niatnya menjadi sesuatu yang bernilai kreatif. Selama ini, orang yang ingin memiliki usaha selalu memikirkan bagaimana modal bisa didapatkan. Padahal, ada sebuah modal yang bisa kita persiapkan sendiri, yakni konsep. Konsep inilah yang bisa kita jual.
Hal tersebut disampaikan Mantan Menteri Tenaga Kerja Indonesia, Drs. Fahmi Idris, saat menjadi pembicara dalam Kuliah Perdana “Pengembangan Budaya Theoentrepreneurship”, Selasa (6/3) bertempat di Kampus Terpadu UMY.
Dalam acara yang diselenggarakan oleh Fakultas Agama Islam UMY (FAI UMY) ini, Fahmi mengungkapkan bahwa inti dari kewirausahaan hanya ada dua hal. “Inti dari kewirausahaan hanyalah kejiwaan dan keterampilan. Kejiwaan meliputi keberanian, tanggung jawab dalam memegang janji, serta konsistensi. Sedangkan keterampilan antara lain kemampuan negosiasi, komunikasi, kemampuan memimpin, dan memenangkan usaha,” ujarnya.
Menurut Fahmi, usaha bukanlah bakat. “Mau atau tidaknya seseorang berusaha itu bukan bakat atau pun turunan, melainkan kemauan. Kemauan yang kuat harus ada sebagai modal setiap orang. Harus ada niat yang diseimbangkan dengan ide. Jangan sampai, ide terlalu besar tapi niatnya kecil, atau sebaliknya,” ungkapnya.
Ditemui di tempat yang sama, Dekan FAI UMY, Dr. Nawari Ismail, M. Ag., mengatakan bahwa theoentrepreneurship sendiri adalah pengembangan karakter dalam kewirausahaan yang berbasis nilai-nilai ketuhanan. “Pembangunan karakter entrepreneurship dapat dilakukan dengan menginternalisasi nilai-nilai dan menumbuhkan sikap mental pribadi yang unggul. Pengembangan karakter kewirausahaan yang berbasis nilai-nilai ketuhanan, diharapkan akan mempertebal motif dan semangat wirausaha di kalangan umat Islam, khususnya mahasiswa,” terangnya. (intan)