Indonesia sebagai negara tropis memiliki keanekaragaman hayati yang tinggi, bahkan salah satu yang tertinggi di dunia. Jenis tanamannya saja lebih dari 35.000 spesies. Begitu juga dengan tanaman obat yang juga terdiri dari berbagai macam. Namun saat ini masih sedikit orang yang tahu betapa kayanya tanaman obat yang ada di Indonesia.
Berdasarkan hal itulah, Program Studi Farmasi, Fakultas Kedokteran dan Ilmu Keperawatan (FKIK) Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY), untuk ketiga kalinya kembali mengadakan International Pharmacy Summer School (IPSS) 2016. IPSS ketiga yang diselenggarakan sejak 20 hingga 29 Juni 2016 ini bertujuan untuk mengenalkan beragam tanaman obat (herbal) yang ada di Indonesia, kepada negara-negara lain. Selain itu juga bertujuan untuk menguatkan program internasionalisasi prodi Farmasi UMY.
Hal tersebut sebagaimana dipaparkan oleh Isnu Rahmat Suwandi, Ketua pelaksana IPSS 2016. Ketika ditanya soal tujuan diadakan acara IPSS, dia menyayangkan banyaknya tanaman obat (herbal) di Indonesia yang belum diketahui banyak orang. “Banyak sekali jenis tanaman obat di Indonesia dan orang-orang belum tahu cara mengolahnya. Selain untuk mengenalkan budaya kita kepada negara lain, Pelaksanakan IPSS ini juga untuk mengenalkan tanaman obat yang ada di Indonesia,” paparnya, saat ditemui di FKIK UMY pada Kamis (23/6).
Isnu juga mengungkapkan bahwa peserta IPSS ketiga ini terdiri dari 19 orang mahasiswa yang berasal dari berbagai macam Universitas di Indonesia maupun Luar negeri. Dari Indonesia terdapat wakil dari Universitas Indonesia, Universitas Muhammadiyah Malang, dan Universitas Ma Chung Malang. Dari Thailand diwakili oleh Burapha University dan Malaysia diwakili oleh Nottingham University dan International Islamic University.
Mahasiswa Farmasi UMY angkatan 2014 ini kembali menjelaskan, program Internasional Pharmacy Summer School ini terdiri dari dua jenis yaitu kegiatan Educational dan kegiatan Non Educational. Selama 10 hari para peserta sudah dijadwalkan mengikuti serangkaian kegiatan. Kegiatan Educational terdiri dari perkuliahan, skill lab, dan praktikum. Sementara Kegiatan non educational terdiri dari kunjungan ke tempat wisata kebudayaan di Jogja seperti Borobudur, Prambanan dan Keraton. “Kegiatan Non Educational bertujuan untuk mengenalkan kebudayaan Indonesia, khususnya Jogja kepada peserta,”tuturnya.
Isnu menambahkan di hari terakhir program, Peserta akan mengikuti Pharmacy Social Activity yaitu kegiatan yang mengharuskan peserta terjun langsung ke masyarakat. “Setelah 8 hari mengikuti serangkaian kegiatan, peserta akan terjun langsung ke masyarakat. Mereka diajak mengunjungi salah satu desa untuk menerapkan apa yang telah dipelajari selama 8 hari sebelumnya, salah satunya dengan mengadakan tes kesehatan gratis,” tambahnya.
Selain itu, Isnu juga berharap agar kegiatan IPSS tersebut bisa terus berlanjut hingga tahun-tahun mendatang. “Kami berharap agar negara-negara lain dapat mengetahui potensi herbal (tanaman obat) di Indonesia dan semoga mereka lebih tahu tentang kondisi Farmasi di Indonesia, khususnya UMY,” tutupnya. (bagas)