Berita

Film Indie Bagian dari Keistimewaan Yogyakarta

Indie telah menjadi bagian dari keistimewaan di Yogyakarta. Band-band indie juga banyak yang lahir di Yogyakarta. Seniman, mural serta komunitas film indie lahir juga di Yogyakarta. Dengan tema ‘Indie Istimewa’ mahasiswa Ilmu Komunikasi Universitas Muhammadiyah Yogykarta (UMY) yang tergabung dalam Cinema Komunikasi (CIKO) melaunching film karya mereka di Jogja Galery pada Sabtu (18/6) malam.

Hal ini disampaikan Koordinator CIKO UMY, Ibnu Rasyid Amrullah, dalam launching film tersebut ada sharing antara para penonton dengan sutradara maupun pemain film yang ditayangkan. “Ada juga temu komunitas. Para penonton bisa memberikan kritikan maupun masukan bagi kami, agar nantinya bisa membuat film lebih baik lagi,”jelas Ibnu.

Terkait indie, Ibnu mengungkapkan bahwa indie merupakan wadah untuk menyalurkan aspirasi. “Sebagai wadah untuk menyalurkan aspirasi, ada yang suka maupun tidak hasil karya tersebut, tidak masalah. Tetapi yang jelas melalui karya-karya indie dalam hal ini film, kami bisa menyalurkan aspirasi kami,”ujarnya.

CIKO UMY akan melaunching lima film karya mereka. “Film-film tersebut antara lain Gope’an Logam yang distradarai Saptaji, Bukan Indonesia dengan Sutradara Kiki Nasution, kemudian film Kyra oleh Azzarqa Haikal. Ketiga film tersebut merupakan karya pertama anggota baru CIKO, ”katanya.

Sedangkan dua film lainnya merupakan karya gabungan antara anggota baru dan lama. “Film ‘Lift Keeper yang menceritakan seorang penjaga lift yang buta dan bisu tetapi memiliki penciuman yang tajam. Sedangkan film ‘Jangan Berhenti Nyaman’ menceritakan mengenai seorang seniman yang dianggap sebagai orang gila oleh lingkungannya. Dia dipandang sebelah mata oleh masyarakat,”tambahnya.

Konsep kegiatan ini akan berkaitan dengan budaya di Yogyakarta. “Misalnya penerima tamunya akan berdandan seperti Dimas Diajeng, kemudian para tamu atau penonton akan mendapatkan makanan tradisional misalnya gethuk. Kemudian ketika masuk, tempat duduknya lesehan. Dekorasinya akan ditambah dengan jarik-jarik,”pungkasnya.

Ibnu berharap melalui kegiatan ini nantinya dapat menambah ilmu dari para penonton yang memberi masukan dan kritikan atas film-film yang ditampilkan. “Setidaknya ini membuktikan mengenai eksistensi kami sebagai komunitas film indie. “tegas pemenang Kompetisi LA Indie Movie 2009 ini.