Pengabdian masyarakat merupakan salah satu bagian dari tri dharma perguruan tinggi, hal tersebut merupakan bentuk tanggung jawab kepada masyarakat dalam mengimplementasikan tri dharma perguruan tinggi. Melalui FISIPOL Society emperworment (FISMO) Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY) dan tim Unit Kegiatan Mahasiswa bakti sosial Universitas Negeri Semarang (UNNES) menyelenggarakan bakti sosial di Yayasan Efata (panti rehabilitasi kejiwaan) pada Sabtu (16/9) Kaliurang, Yogyakarta. Kegiatan tersebut bertujuan untuk meningkatan rasa kesadaran mahasiswa untuk peduli terhadap isu-isu sosial kemanusiaan terutama dalam memberikan motivasi kepada para penderita gangguan kejiwaan.
Adi Salitonga selaku pembina Yayasan Efata menyampaikan bahwa pada era saat ini sangat sedikit sekali remaja yang peduli terhadap krisis kemanusiaan. Maka melalui mahasiswa inilah salah satu cara dalam memberikan pengaruh besar terhadap masyarakat, terutama kepada yang berkebutuhan khusus seperti penderita gangguan jiwa. “Yayasan Efata Saya dirikan tahun 2001, yayasan tersebut saya dirikan berangkat dari kepedulian saya terhadap penderita kejiwaan yang sering berkeliaran di jalan-jalan umum. Persoalan seperti ini bagi saya tidak bisa dibiarkan karena seringkali para penderita gangguan jiwa mengalami diskriminasi dan tidak dianggap dalam kelompok masyarakat. Struktur sosial di masyarakat saat ini sudah kurang efektif jika masyarakat itu sendiri tidak memiliki kesadaran untuk saling membantu terhadap sesama. Ketika saya berproses untuk membina yayasan ini, jujur saja sampai saat ini kami belum memiliki donatur tetap dari pihak manapun. Kemudian pemerintah setempat juga masih belum optimal dalam memberikan pelayanan dan perhatiaannya kepada penderita gangguan jiwa, dikarenakan yayasan kami masih berproses untuk mendapatkan ijin operasional dari pemerintah,” ujar Adi.
Adi menambahkan, berbagai permasalahan yang dialami oleh penderita gangguan jiwa seperti mengalami pemerkosaan, tindak kekerasan, pelecehan dan diskriminasi. Maka dirinya meminta kepada para mahasiswa yang menjadi agen perubahan agar bisa membantu. Baik berupa motivasi maupun menghibahkan barang kebutuhan kepada yayasan untuk mendukung dalam memberikan pelayanan terbaik kepada para penderita gangguan jiwa. “Semampu kami untuk memberikan pelayanan terbaik, karena hal tersebut merupakan prioritas kami dalam melakukan proses rehabilitasi kepada penderita gangguan jiwa. Karena bagi kami meraka adalah keluarga, jadi kami harus optimal dalam melakukan proses perawatan dari mulai memakaikan baju, memandikan dan mengajarkan doa agar bisa diberikan kesembuhan. Siapapun yang memiliki kepudulian terhadap penderita gangguan jiwa, saya yakin semua itu berangkat dari kemurnian hati serta kepekaan sosial dalam memberikan perlakuan yang tidak sepantasnya dilakukan,” papar Adi.
Kembali ditambahkan Adi kepekaan sosial merupakan modal utama dalam hidup bermasyarakat dan alangkah baiknya bisa ditanamkan sejak dini agar tidak menjadi pribadi yang individualis. “Saya mengharapkan kepada para mahasiswa bisa mengontrol dalam kondisi apapun, dan pondasi agama menjadi hal yang terpenting dalam menghadapi semua permasalahan. Kemudian jadikanlah Yayasan Efata ini menjadi rumah kedua kalian. Karena kami sangat merasa senang jika teman-teman selalu memberikan motivasi dan berkujung ke yayasan kami. Jika ada penderita gangguan jiwa yang sering ada di jalanan atau dimanapun itu, sampaikan kepada Yayasan Efata, semampu kami akan memberikan rehabilitasi yang baik,” tutupnya. (Sumali)