Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan (FKIK) UMY dalam waktu dekat akan meluncurkan Cancer Unit di Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Yogyakarta. Untuk mewujudkan hal itu UMY menggandeng Munster University Jerman dan Rumah Sakit Kanker Dharmais Jakarta untuk bekerja sama. Rencana ini coba diwujudkan dengan kunjungan Prof. Dr. Med Ralph J Lele dari Munster University Jerman dan Bambang Dwipoyono selaku Medical Director Rumah Sakit kanker Dharmais ke kampus terpadu UMY, Selasa (12/11).
“Kita ingin membuat cancer center tapi untuk tahap awal kita akan buat cancer unit di PKU Muhammadiyah Jogja dan untuk researchnya di FK UMY. Kita harapkan bisa terwujud secepatnya, kalau bisa tahun ini,” jelas dekan FKIK UMY dr. H. Ardi Pramono, Sp.An., M.Kes di sela-sela pertemuan.
Dr. Ardi mengungkapkan, UMY dan Munster University Jerman telah memiliki MoU kerjasama sebelumnya, hal itu diwujudkan dengan peluncuran Cardiovascular Center of Excellent oleh kedua Universitas di FKIK UMY. Dokter Ardi yang juga dokter spesialis anastesi menuturkan kerjasama kali ini juga melibatkan Rumah Sakit Kanker Dharamais. “Kita sudah ada kerjasama sebelumnya. Sekarang Universitas Munster ajak Dharmais juga karena telah memliki pengalaman,” katanya.
Sementara itu Prof. Dr. Med Ralph J Lele mewakili Munster University mengatakan pendidikan kedokteran perlu memiliki pembahasan khusus tentang kanker kepada mahasiswa baik melalui kuliah atau diskusi, bahkan dimasukkan dalam kurikulum. “ Pendidikan kedokteran perlu memberikan pembahasan khusus tentang kanker pada mahasiswa melalui diskusi atau bahkan memasukkan informasi tentang kanker pada kurikulum, begitu pula untuk pendidikan keperawatan,” jelasnya. Ia menilai jumlah dokter dan perawat yang menangani kanker harus ditingkatkan baik jumlah dan kualitasnya. “Tingkatkan lagi pengetahuannya melalui pendidikan agar penanganan kanker dapat ditangani secara komprehensif,”ungkapnya.
Senada dengan Ralph, Bambang Dwipoyono mewakili Rumah Sakit Dharmais menilai penyakit kanker tidak dapat ditangani oleh satu disiplin ilmu kedokteran saja. “Kanker harus ditangani oleh semua disiplin keilmuwan, tidak bisa hanya satu dokter dan menghandalkan kemoterapi dan radiasi saja,” paparnya.
Bambang mengatakan, kanker menjadi momok yang mengerikan karena saat ini penyakit tersebut menempati peringkat ketiga penyakit yang paling banyak menyebabkan kematian di dunia, dan proyeksikan akan menempati peringkat pertama pada tahun 2030.
Kanker, lanjut Bambang, banyak terjadi di Negara berkembang. “Indonesia belum memiliki registrasi kanker yang sifatnya terstruktur dengan baik. Harus banyak sosialisasi tentang kanker ke masyarakat. Di media banyak kita lihat iklan yang bilang dapat menyebuhkan kanker dengan berbagai metode tapi kita tdak tahu itubener atau enggak” katanya lagi. Paling tidak ada tiga langkah yang dapat dilakukan masyarakat untuk melakukan pencegahan dini penyakit kanker. Pertama masyarakat harus mencari tahu apakah memiliki faktor resiko kanker, setelah itu melakukan konsultasi medis, dari situ akan diketahui masyarakat menderita kanker atau tidak. “Ada yang memang ketemu atau tidak,” tutupnya. (Lalu)